Gubernur BOJ Kuroda serukan negara ekonomi besar untuk mundur dari perang tarif



KONTAN.CO.ID - BUENOS AIRES. Gubernur Bank of Japan (BOJ) Haruhiko Kuroda mengeluarkan imbauan bagi para pemimpin ekonomi negara-negara besar untuk mundur dari perang tarif, serta mengingatkan pasar mata uang yang stabil adalah untuk manfaat semua orang.

Mengutip Reuters, Sabtu (21/7), saat kedatangannya di pertemuan para pemimpin regulator keuangan G-20, Kuroda mengungkapkan tanggapannya atas pernyataan dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang mengatakan bahwa Eropa dan Cina memanipulasi mata uang mereka dalam mendukung ekonomi mereka.

"Sangat penting bagi mata uang dunia bergerak secara stabil dan mencerminkan fundamental ekonomi. Ini adalah sesuatu yang telah kami capai dalam kesepakatan di G7 dan di G20," ungkap Kuroda, dilansir dari Reuters, Sabtu (21/7).


Kuroda juga berharap diskusi dan perdebatan di G20 akan mengarah pada pelonggaran kenaikan tarif pembalasan antara AS dan China. Menurutnya, sikap proteksionis tidak akan menguntungkan siapapun dan perlunya masing-masing pihak menahan diri.

Beberapa pihak tengah menuduh Trump telah melanggar preseden dalam peran kepresidenannya dalam beberapa hari terakhir dengan komentar mengkritik kekuatan dolar dan kebijakan moneter dari Federal Reserve AS (The Fed) dan bank-bank sentral di China dan Eropa.

Lewat akun twitternya, Trump mengungkapkan bahwa kenaikan suku bunga The Fed akan menghilangkan daya saing AS dalam ekspor. Tak pelak komentar dari Trump ini memicu kekhawatiran bahwa mata uang akan menjadi medan pertempuran baru setelah perang dagang. Namun, Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin menegaskan bahwa Trump tidak mencoba untuk campur tangan di pasar uang.

Subjek soal mata uang ini sangat sensitif bagi Jepang lantaran BOJ, di bawah kepemimpinan Kuroda, telah mengejar program pelonggaran kuantitatif besar-besaran untuk memacu inflasi.

Setelah lima tahun pelonggaran, upaya BOJ untuk mendorong inflasi telah membuahkan hasil, meski minimal. Tapi, yen terus melemah, yang bisa membuat Jepang terbuka terhadap kritik dari mitra dagangnya.

Editor: Sanny Cicilia