Gubernur NTB pertanyakan harga sapi Rp 80.000/kg



MATARAM. Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH Muhammad Zainul Majdi mempertanyakan langkah-langkah yang akan dilakukan Kementerian Perdagangan dalam menurunkan harga daging sapi hingga Rp 80.000 per kilogram pada ramadhan tahun ini.

"Kami mau tahu langkah-langkah yang diambil pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan seperti apa? Kok merencanakan harga daging Rp 80.000 per kg. Itu kan harus ada langkah-langkah nyata," kata Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Muhammad Zainul Majdi di Mataram, Kamis (26/5).

Dia mengaku kesulitan menggelar operasi pasar daging sapi. Dia bilang, sapi milik para peternak, bukan pemerintah daerah yang bisa dipotong kapan saja dalam jumlah banyak.

"Sapi bukan punya pemerintah daerah, kalo pemerintah daerah punya sapi bisa dipotong lalu sebarkan gratis," ujarnya sambil berkelakar.

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) NTB Hj Budi Septiani, menegaskan stok sapi potong untuk kebutuhan lokal masih aman, bahkan untuk memenuhi kebutuhan pada saat hari-hari besar keagamaan.

"Kalau ada indikasi kenaikan harga daging sapi menjelang puasa Ramadhan, itu paling hanya karena faktor hukum pasar karena tingginya permintaan konsumen," katanya.

Ia menyebutkan, potensi sapi potong di NTB, sebanyak 139.000 ekor. Dari jumlah itu, sebanyak 70.000 ekor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di dalam daerah selama satu tahun.

Kemudian, sebanyak 39.000 ekor dikirim untuk memenuhi kebutuhan provinsi lain yang meminta pasokan dari NTB.

"Nah sisanya sebanyak 30.000 ekor, itu lah yang disiapkan untuk menjaga kemungkinan lonjakan kebutuhan masyarakat pada saat-saat tertentu, seperti hari besar keagamaan, puasa dan Lebaran," ujarnya.

Sementara itu, pantauan di sejumlah pasar tradisional besar di Kota Mataram, harga daging sapi masih tergolong mahal. Misalnya, di pasar tradisional Pagesangan, harga daging sapi di tingkat pedagang pengecer Rp 110.000/kg hingga Rp 120.000/kg.

Begitu juga dengan di pasar Pasar Mandalika Sweta dan Pasar Kebon Roek Ampenan, harganya relatif sama dengan di pasar tradisional Pagesangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia