Gudang Garam menelan simalakama kenaikan cukai



JAKARTA. Pemerintah menetapkan kenaikan tarif cukai rokok rata-rata sebesar 10,54% yang akan berlaku Januari 2017. Perubahan tarif rokok ini bisa mengerek pendapatan emiten rokok. Emiten diprediksi menaikkan harga jual untuk menutup tarif.

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) merupakan salah satu emiten yang terimbas kenaikan tarif cukai. Meski naik, tarif cukai ini dinilai akan positif untuk volume rokok, setelah kenaikan tarif yang lebih tinggi tahun ini, terutama untuk sigaret kretek mesin (SKM).

Muhammad Ikhsan analis NH Korindo Securiities mengatakan, efek tarif ini akan terasa bagi GGRM, sebagai pemegang 24,7% pasar rokok per Agustus. Pemerintah juga mengubah batas volume produksi untuk klasifikasi tier.


Batas volume produksi SKM tier-1 dan sigaret putih mesin (SPM) naik dari minimal 2 miliar batang menjadi 3 miliar batang. Volume sigaret kretek tangan (SKT) tier-1 masih tidak berubah pada 2 miliar batang.

Namun, batasan berubah dari 0,3 miliar-2 miliar batang menjadi 0,5 miliar-2 miliar batang untuk SKT tier 2 dan dari 0,3 miliar batang menjadi 0,5 miliar batang untuk tier 3.

Analis Mandiri Sekuritas Adrien Joezer menulis dalam risetnya, pembatasan volume produksi ini tidak material bagi pelaku industri tier-1 seperti GGRM, karena skala volumenya sudah besar. Volume penjualan GGRM di semester pertama ini mencapai 37,7 miliar batang, turun 1,8% dibanding periode sama tahun lalu, yaitu 38,4 miliar batang.

Ikhsan optimistis, GGRM memiliki prospek pertumbuhan yang baik tahun depan. "Tapi kami masih khawatir terhadap tarif cukai, persaingan pasar dan fluktuasi harga tembakau yang mungkin berpeluang menekan revenue GGRM," jelas Ikhsan kepada KONTAN, Selasa (11/10).

Michael W Setjoadi, analis Bahana Securities, mengatakan, besaran kenaikan tarif ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan periode 2010-2015. "Ini berpeluang mempengaruhi daya beli perokok," ungkap Michael dalam riset per 30 September.

Michael memperkirakan, produsen rokok akan menaikkan harga jual rata-rata di tahun depan. Dia memprediksi, GGRM akan mengerek harga jual produk SKM dari saat ini Rp 1.011 menjadi Rp 1.102 per batang dan produk SKT dari Rp 763 menjadi Rp 839 per batang.

Kenaikan harga jual tentu mendongkrak pendapatan GGRM. Michael memprediksi, pendapatan GGRM tahun depan bisa mencapai Rp 85,58 triliun, naik 10,1% dari prediksi pendapatan tahun ini sebesar Rp 77,73 triliun.

Sisi negatifnya, kenaikan tarif bakal menurunkan margin laba bersih emiten rokok tahun depan. Michael meramal, margin laba bersih GGRM tahun depan hanya 7,7%, turun daripada prediksi tahun ini 8%. Padahal, margin laba bersih GGRM tahun ini pun sudah menurun ketimbang tahun lalu di level 9,1%.

Meski banyak tantangan di industri rokok, Michael merekomendasikan beli saham GGRM dengan target harga Rp 72.300. Adrian merekomendasikan beli GGRM dengan target harga Rp 72.900. Ikhsan merekomendasikan beli GGRM dengan target harga Rp 75.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie