JAKARTA. Sama seperti emiten sawit lain, PT Tunas Baru lampung Tbk (TBLA) masih tertekan akibat rendahnya harga jual crude palm oil (CPO). Perusahaan menyiasati, dengan diversifikasi bisnis. Akibat harga minyak sawit murah, pendapatan TBLA kuartal III-2015 turun 10,69%, dari Rp 4,49 triliun ke Rp 4,01 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara, laba bersih Rp 151,27 miliar alias merosot 53,49% dibanding dengan sebelumnya senilai Rp 325,25 miliar. Kinerja boleh saja turun akibat komoditas CPO. Tapi, TBLA sedang mempersiapkan diversifikasi bisnis guna menetralisir tekanan tersebut. Caranya, dengan menggenjot produksi gula.
Analis MNC Securities Yosua Zisokhi menjelaskan kepada KONTAN, keputusan TBLA memperbanyak produksi gula dari tebu merupakan langkah bisnis yang positif. Pasalnya, gula memiliki keunggulan ketimbang sawit, yakni rentang waktu panennya lebih singkat yakni kurang dari empat tahun. Sementara di sawit, jika semakin tua, produksi tandan buah segar (TBS) semakin menurun. Jika ditebang, butuh waktu empat tahun lagi untuk menghasilkan buah. Kontribusi pendapatan gula memang masih kecil, yakni Rp 469,44 miliar, atau setara 12% dari total pendapatan konsolidasi TBLA. Tapi dalam jangka panjang, kontribusinya bisa meningkat. Lihat saja, TBLA sedang mengerjakan pabrik pengolahan gula senilai US$ 100 juta. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 1,2 juta ton per tahun dan ditargetkan dapat mulai beroperasi Desember 2016. "Jika pabrik ini beroperasi, kontribusinya nanti bisa lebih besar, 30% hingga 40%," tandas Yosua. Apalagi harga gula dalam tren naik karena pemerintah tengah membatasi impor gula. Ini menjadi sentimen positif bagi komoditas ini. Jangka panjang Analis Bahana Securities Agustinus Reza Kirana sepakat, gula menjadi pemanis kinerja TBLA. Dalam riset 24 November 2015, Reza menjelaskan, pembatasan impor raw sugar menyebabkan suplai gula menyusut. Pada saat bersamaan, produksi gula TBLA juga turun 32% yoy menjadi 54.000 ton. Kondisi ini menyebabkan harga gula produksi TBLA terkerek naik 15% yoy menjadi Rp 8.700 per kg. Situasi itu diprediksi masih akan terjadi di jangka panjang. Hingga kuartal III 2015, mature area penanaman sawit TBLA menyusut ke 43.500 hektar (ha) dibandingkan tahun lalu, yakni 45.900 ha.
Reza memproyeksikan, pendapatan konsolidasi TBLA tahun ini Rp 5,4 triliun. Selanjutnya tahun 2016, pendapatan TBLA Rp 5,67 triliun. Sementara, estimasi laba bersih untuk periode 2015 Rp 230 miliar dan 2016 Rp 325 miliar. Andre Varian, analis Ciptadana Securities, menambahkan, setelah 2016, produksi gula bakal TBLA bakal meningkat. Dalam hitungannya, luas lahan tebu TBLA tahun lalu hanya 2.400 ha. Tapi, hingga akhir tahun 2015 diperkirakan bakal bertambah menjadi seluas 6.500 ha. Yosua merekomendasikan neutral saham TBLA dengan target harga yang masih dihitung. Reza merekomendasikan buy dengan target harga Rp 630. Lalu Andre menyarankan buy dengan target Rp 730. Kemarin (25/11), harga saham TBLA menguat 3,96% menjadi Rp 525 per saham . Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie