KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelas, butuh perubahan untuk bisa melangkah lebih maju. Inilah yang terjadi di Desa Semedo, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Desa Semedo sebelumnya dikenal sebagai penghasil gula jawa cetakan. Lantaran, masyarakat di desa ini banyak menggantungkan hidup sebagai petani nira kelapa. Namun, penjualan gula jawa cetak hanya sebatas di daerah Banyumas dan sekitarnya saja. Kini, nama Semedo mulai mendunia setelah menghasilkan gula semut berbentuk kristal dari nira kelapa. Sebab, gula semut punya pasar menjanjikan di Amerika Serikat dan Eropa.
Akhmad Sobirin, petani nira kelapa, menjadi aktor penggerak yang mengubah wajah Desa Semedo. Secara perlahan, Sobirin berupaya menjelaskan tentang potensi pasar dari gula semut. Produk gula ini ternyata menjadi pilihan utama masyarakat di Amerika Serikat serta Eropa sebagai pemanis minuman. Soalnya, kadar gula dalam gula semut lebih rendah dari gula pasir bahkan gula aren. Tambah lagi, dari sisi harga, harga gula semut tiga kali lipat lebih mahal ketimbang gula jawa cetak. Alhasil, secara bertahap, warga Desa Semedo mulai beralih, dari memproduksi bahan baku gula jawa cetak menjadi bahan baku gula semut. Butuh waktu satu tahun bagi Sobirin untuk meyakinkan warga Semedo mengalihkan produksi ke bahan baku gula semut. Perjuangan Sobirin pun tak sia-sia. Pada 2021, dia menemukan celah untuk melakukan ekspor gula semut. Tak tanggung-tanggung, produk gula semut dengan label Semedo Manise bisa terbang ke Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. "Pada 2021, kami sudah mulai ekspor, meski dibantu pihak ketiga," katanya kepada KONTAN belum lama ini.
Baca Juga: Penjualan tahu tuna semakin laris berkat keberadaan lapak usaha di rumah UMi Sejauh ini, dari sekian ribu petani gula nira, Sobirin baru mampu menyerap bahan baku gula semut dari 400 petani dari dua desa dan dua kecamatan di Banyumas. Sebab, kapasitas mesin dan penyimpanan gudang yang dia miliki belum mampu menampung bahan baku yang lebih banyak. Dalam sehari, Sobirin baru sanggup memproduksi sekitar 2 ton gula semut dengan omzet sekitar Rp 30 juta per hari. Selain itu, kapasitas ekspor yang ia kirim juga beragam bergantung pada permintaan. "Sebanyak 90% produk untuk pasar ekspor, sisanya pasar domestik," ujarnya
Melihat hasil tersebut, Sobirin mulai membuat varian gula semut. Dia mencampurkannya dengan beragam rempah, seperti jahe, kunyit, dan temulawak. Termasuk, juga mencampur gula semut dengan kopi dalam bentuk kemasan. Lewat variasi produk ini, ia berharap, bisa memperluas pasar Semedo Manise di dalam negeri, tentu juga pasar ekspor. Sebab, Sobirin tengah berupaya menambah kapasitas produksi. Langkahnya adalah dengan merangkul lebih banyak petani nira kelapa dan menambah tenaga kerja di fasilitas produksi Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Markus Sumartomjon