JAKARTA. Semakin meluasnya peredaran gula rafinasi di pasar konsumsi menyebabkan kemarahan para pelaku industri gula berbasis tebu. Soalnya, harga gula rafinasi jauh lebih murah, sehingga mengalahkan penjualan gula tebu. Tak ayal, ribuan massa dari Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) berunjuk rasa ke Kementerian Perdagangan (Kemdag) dan Istana Negara, Rabu (14/12). Hasil investigasi APTRI mencatat, peredaran gula rafinasi sangat banyak di Indonesia bagian timur. Itu antara lain di Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Pulau Kalimantan. Kemudian, gula rafinasi juga mendominasi pasar konsumsi di Bali seperti di Denpasar, Tabanan, dan Klungkung. Pedagang menjual gula rafinasi dalam kemasan seharga sekitar Rp 10.000 per kilogram (kg). APTRI juga menjumpai di gudang penjual terdapat gula rafinasi berukuran 50 kg bermerek Bola Manis produksi PT Makassar Tenne. "Masalah ini terjadi karena kebijakan pemerintah yang kacau," ujar Soemitro Samadikoen, Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), saat unjuk rasa kemarin.
Gula tebu semakin sulit dipasarkan
JAKARTA. Semakin meluasnya peredaran gula rafinasi di pasar konsumsi menyebabkan kemarahan para pelaku industri gula berbasis tebu. Soalnya, harga gula rafinasi jauh lebih murah, sehingga mengalahkan penjualan gula tebu. Tak ayal, ribuan massa dari Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) berunjuk rasa ke Kementerian Perdagangan (Kemdag) dan Istana Negara, Rabu (14/12). Hasil investigasi APTRI mencatat, peredaran gula rafinasi sangat banyak di Indonesia bagian timur. Itu antara lain di Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Pulau Kalimantan. Kemudian, gula rafinasi juga mendominasi pasar konsumsi di Bali seperti di Denpasar, Tabanan, dan Klungkung. Pedagang menjual gula rafinasi dalam kemasan seharga sekitar Rp 10.000 per kilogram (kg). APTRI juga menjumpai di gudang penjual terdapat gula rafinasi berukuran 50 kg bermerek Bola Manis produksi PT Makassar Tenne. "Masalah ini terjadi karena kebijakan pemerintah yang kacau," ujar Soemitro Samadikoen, Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), saat unjuk rasa kemarin.