Gunakan Robot Sortir, Pos Indonesia Klaim Bakal Banyak Berhemat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pos Indonesia menggunakan teknologi mesin sortir robotik dan RFID terbaru. Teknologi ini resmi diluncurkan di Sentral Pengolahan Pos (SPP) Surabaya, Kamis, 16 November 2023. 

Nantinya, mesin sortir robotik dan RFID akan digunakan di seluruh kantor pos di Indonesia yang akan membantu proses operasi pengiriman barang. Kehadiran teknologi ini diharapkan bisa otomatisasi proses menyortir barang pengiriman. 

"Tujuannya, agar Pos Indonesia memiliki competitive advantage dam competitive comparative di jasa pengiriman atau dikenal dengan Courier Express Parcel industry," ujar Direktur Operasi dan Digital Service Pos Indonesia, Hariadi dalam rilis.


Baca Juga: Pos Indonesia Jalin Kerjasama Kembangkan Badan Usaha Milik Desa

Hariadi mengakui, jika saat ini kompetitornya sangat banyak. "Kami ingin menjadi leader di cost competitiveness, dengan menambah kapasitas, memperbaiki kualitas kerja untuk jangka pendek dan mengantisipasi kebutuhan SDM yang semakin bertambah dan semakin mahal di jangka panjang," jelas  Hariadi. 

Pos Indonesia berharap, adanya sortir robotik ini bisa menurunkan biaya sumber daya manusia (SDM) di jajaran processing center. Pos Indonesia diperkirakan bisa menurunkan biaya SDM antara 60%-80%. "Tergantung skalanya. Berapa banyak proses yang kami bisa bawa kemari. Yang tadinya tersebar di beberapa lokasi sorting di KCU/KC, sebagian atau seluruh bisa dialihkan ke SPP Surabaya. Beberapa proses sudah kami tarik ke SPP Surabaya secara bertahap," tambah Hariadi.

Adanya mesin sortir robotik ini menurut Hariadi akan meningkatkan kapasitas jumlah barang yang dikirimkan. Dia juga berharap, teknologi ini bisa menurunkan irregularitas atau penurunan salah dalam menyalurkan. "Selama ini karena sangat mengandalkan manusia. Sekarang sudah tidak mungkin salah," harap Hariadi.

Selain Surabaya, Pos Indonesia juga akan menerapkan teknologi mesin sortir robotik dan RFID di Jakarta pada Desember 2023. Ia pun mengungkapkan, penerapan teknologi baru akan dilakukan di Jakarta dan Surabaya. "Untuk tahun 2023 kami menargetkan Jakarta dan Surabaya. Karena ini dua hub terbesar ini secara volume," jelas Hariadi. 

Baca Juga: Kerjasama Pos Logistik Kerjasama dengan Singapore Post Limited

Untuk Jakarta, Hariadi menyebut, progres implementasi robot sortir dan RFID masih menunggu proses konstruksi selesai. "Kami punya state the art facility, bangunan baru. Jadi memang kami menunggu proses konstruksi selesai," terang dia. Dia berharap, di akhir tahun ini bisa mulai implementasi robot sortir dan RFID.

Hasil dari inovasi dan transformasi yang dilakukan Pos Indonesia ini diharapkan bisa meningkatkan kepuasan pelanggan ke depannya. "Langkah-langkah ini diharapkan bisa membuat nama Pos Indonesia tetap eksis di kalangan masyarakat," kata Hariadi. 

Hariadi menjelaskan, jenis dan spesifikasi mesin sortir robotik yang diterapkan Pos Indonesia adalah Autonomous Mobile Robots (AMR) yang merupakan jenis robot yang didalamnya terdapat artificial intelligence (AI). Mesin ini dilengkapi dengan sensor dan teknologi komputasi sehingga dapat mempelajari dan menafsirkan lingkungannya. 

Pos Indonesia menjelaskan, robot terpasang di SPP Surabaya sebanyak 40 buah dan nantinya di SPP Jakarta jumlahnya sama. Pos Indonesia berharap, penggunaan mesin sortir robotik mampu meningkatkan kapasitas Pos Indonesia 700%. Pasalnya, kecepatan robot dua meter per detik. Robot ini mengunakan baterai litium, dengan waktu pengisian baterai selama lima menit dan dapat beroperasi selama empat jam non-stop. 

Baca Juga: Dukung Ajang ASEAN High-Level Forum 2023, Pos Indonesia Perkenalkan Prangko Unik

Robot sortir dan RFID ini melanjutkan ekspansi Pos Indonesia di bidang operasi dan digital services yang menggunakan kecanggihan teknologi serta digitalisasi. Hariadi menjelaskan, Pos Indonesia sudah mengimplementasikan sistem baru untuk layanan jasa kurir, yakni NIPOS (new Integrated Postal System, menggantikan IPOS core system). 

"Jadi pada 2021, kami mengimplementasikan new core courier system, new integrated postal system yang kita kenal new NIPOS," ujar Hariadi. Kehadiran NIPOS membuat operasi pengiriman barang Pos Indonesia menjadi lebih traceable dan realtime, sehingga dapat memperbaiki budaya kerja di lapangan. 

Hal ini memberikan dampak positif untuk perbaikan Standar Waktu Penyerahan (SWP) atau SLA (service level agreement) Timeliness Delivery Pos Indonesia. "Layanan same day kami hampir 100%, layanan next day kami sudah di angka 99% lebih, sedangkan produk reguler kami sudah di angka 98% lebih. Itu sangat jauh sekali di atas market standar, 95%," lanjut Hariadi.

Keunggulan operasional yang dilakukan Pos Indonesia ini menurut Hariadi tidak hanya karena digitaliasi, namun disiplin operasi di semua jajaran mulai dari pusat sampai ke pelaksana lapangan. "Disiplin dilakukan di smemua jajaran operasi, mulai dari proses collecting, processing, transportasi, dan distribution atau last mile. Jadi itu kami benahi sejak 2021, teknologi adalah enabler," tutur Hariadi.

Bukan hanya itu, Pos Indonesia juga mengubah layanan aduan pelanggan, customer complaint handling (CCH) menjadi satu bagian. "Kami berhasil meningkatkan dari 60%, kini sudah di 99%," kata Hariadi.

Pos Indonesia juga memiliki universal front end (UNIFE) di bagian depan pelanggan. "Jadi cuma ada satu aplikasi yang akan dimiliki petugas fronting kami, yang tadinya beberapa ada aplikasi sesuai portfolio bisnis di kurir, logistik dan juga jasa keuangan. Sekarang cuma ada satu aplikasi di fronting," sambung Hariadi. 

Baca Juga: Cipta Kridatama Optimistis Tahun Ini Bisa Sumbang 50% Pendapatan ke Perusahaan Induk

Selain itu, Pos Indonesia juga mengembangkan ekosistem superapps untuk layanan digital fronting pelanggan yang diberi nama Pospay Superapps. Ini merupakan penggabungan digital fronting Jasa Keuangan Pospay dan digital fronting Kurir PosAja. Aplikasi ini akan dikembangkan tidak hanya untuk mewadahi product & service yang ada di portfolio bisnis Pos Indonesia, namun juga untuk anak perusahaan dan afiliasi, termasuk mitra pihak ketiga dalam ekosistem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana