KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pabrikan baja lokal, PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk, memasang target bisnis konservatif sepanjang tahun ini. Produsen pelat baja tersebut masih melihat harga bahan baku baja yang tinggi sebagai risiko bisnis. Manajemen Gunawan Steel melihat, kenaikan harga bahan baku baja adalah akibat dari ulah China menurunkan pasokan. "Baja adalah komoditas internasional maka harga baja internasional sangat berpengaruh terhadap industri domestik," kata Hadi Sutjipto, Direktur PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk kepada KONTAN, Rabu (3/1). Kalau harga bahan baku baja naik, produsen pelat baja seperti Gunawan Steel pun lebih memilih menunggu momen yang tepat alias wait and see. Menurut catatan internal mereka, harga bahan baku baja sudah naik 2%-3% sejak akhir tahun lalu.
Sekadar perbandingan saja, harga kontrak hot rolled steel atau baja gulungan panas di pasar New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman 30 Januari 2018 pada 2 Januari 2018 kemarin tercatat US$ 660 per ton. Harga yang tersaji di papan Bloomberg tersebut terpaut US$ 2 ketimbang harga pada 29 Desember 2017 yang seharga US$ 662 per ton. Adapun menurut laporan keuangan per 30 September 2017, ada sejumlah pemasok bahan baku baja slab bagi Gunawan Steel . Dua pemasok dengan nilai pembelian lebih dari 10% terhadap total pembelian bahan baku, yakni Yuan Resources Pte Ltd dan Thyssenkrupp Material Trading. Nilai pembelian masing-masing Rp 357,87 miliar dan Rp 187,39 miliar. Sementara total pembelian bahan baku mencapai Rp 717,83 miliar. Sepanjang tahun 2017 kemarin, Gunawan Steel tercatat menjalin kontrak pembelian bahan baku dengan lima perusahaan. Selain dua pemasok besar tadi, tiga perusahaan lain yakni Metal One Corporation, Salzgitter Mannesmann International dan Peter Cremer (S) GMBH. Sejauh ini, manajemen Gunawan Steel belum bersedia membeberkan pencapaian kinerja tahun 2017. Kalau mengacu pada target awal, perusahan yang tercatat denga kode saham GDST di Bursa Efek Indonesia itu membidik pertumbuhan penjualan 5% pada tahun lalu. Pasar lokal Yang terang, target pertumbuhan kinerja tahun ini tak akan lebih tinggi ketimbang capaian 2017. "Target konservatif, harapannya tahun 2018 sama dengan realisasi 2017," tutur Hadi. Gunawan Steel memprediksi, pasar utama baja tahun ini masih sama dengan tahun lalu. Kemungkinan besar, sektor infrastruktur adalah penggerak utama. Kembali mengintip laporan keuangan terakhir yang dipublikasikan di BEI, pasar lokal menjadi tulang punggung kinerja Gunawan Steel sepanjang sembilan bulan tahun lalu.
Kalau dihitung, penjualan lokal sebesar Rp 903,84 miliar berkontribusi 97,36% terhadap total penjualan. Secara total, penjualan Gunawan Steel selama sembilan bulan 2017 tumbuh 75,18%
year on year (yoy). Namun beban pokok penjualan yang melejit 86,97% menjadi Rp 836,09 miliar, menyebabkan
bottom line terpuruk. Menurut catatan 30 September 2017, laba periode berjalan susut hampir 10 kali lipat menjadi Rp 3,16 miliar. Sepanjang tahun 2017 lalu, Gunawan Steel menganggarkan dana belanja modal sebesar US$ 50 juta-US$ 60 juta. Perusahaan ini menggunakan belanja modal untuk melanjutkan pembangunan lini produksi kedua dengan nilai investasi senilai US$ 100 juta. Target penyelesaiannya akhir 2018. Kelak, lini produksi itu akan menggenapi kapasitas produksi menjadi 1,4 juta ton per tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie