KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan baja terbesar kedua di Indonesia, PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) melakukan proses transformasi digital untuk seluruh proses rantai pasokan. Transformasi digital yang dilakukan antara lain melalui penerapan teknologi SAP S4/HANA. Implementasi teknologi tersebut sebagai pondasi data untuk penerapan industry 4.0. “Dengan SAP, kami dapat mengintegrasikan semua kinerja departemen sehingga terjadi data flow dan visibilitas sesuai dengan rantai pasok dari order pelanggan, jadwal produksi, hingga pengiriman barang,” jelas Direktur Informasi Teknologi GRP Felix K Sugianto, Selasa (22/2). Felix menambahkan, ketersediaan data di semua rantai pasok akan memberikan kemudahan untuk menganalisis proses yang terjadi dan memberikan umpan balik. Hal tersebut untuk meningkatkan kesadaran manajemen secara kolektif tentang seluruh proses di rantai pasok.
Felix mencontohkan
scrap sebagai bahan baku produk akhir baja. Menurutnya, penggunaan
scrap yang berasal dari besi baja yang sudah tidak digunakan secara fungsional, merupakan biaya terbesar dari biaya produksi barang jadi. “Hal ini berdampak pada biaya produksi dan profitabilitas perusahaan. Karena itu, manajemen supplier bahan baku berperan penting terhadap efisiensi biaya,” tegas Felix.
Baca Juga: Tahun Ini, Electronic City (ECII) Gencar Menambah Gerai Baru Dengan demikian, lanjut dia, visibilitas mengenai jumlah bahan baku yang dikirim
supplier setiap hari, kualitas bahan baku, dan kontinuitas pengiriman, juga menjadi barometer penting bagi tim pembelian. Ketersediaan data juga meningkatkan kemampuan dalam menganalisis tren pasokan dari setiap
supplier bahan baku besar, antara lain dengan memberikan
early warning kepada tim pembelian. Jika pasokan berkurang di bawah target, misalnya, tim pembelian bisa segera menjalankan strategi
alternative sourcing atau memberlakukan peningkatan harga. Ketersediaan data di seluruh rantai pasok juga meningkatkan kemampuan setiap departemen dalam menganalisis terkait peningkatan hubungan dengan
stakeholder. Sales misalnya, dapat melakukan segmentasi pelanggan, sehingga dapat membuat penawaran yang berbeda dari sisi harga dan
value add offering lainnya. “Demikian juga bagian produksi, bisa meningkatkan visibilitas mengenai besaran
demand, sehingga dapat melakukan perencanaan dan optimalisasi komponen bahan baku,” sambung dia. Sementara penerapan
QR code yang terintegrasi dengan SAP untuk barang jadi, tidak hanya memudahkan proses pencatatan. Penerapan ini juga memberikan kemampuan untuk
tracing produk secara cepat. Menurut Felix,
QR code dapat memberikan informasi lengkap, mulai tanggal produksi sampai level satuan produksi. Jika terjadi keluhan pelanggan, manajemen bisa dengan cepat menangani dan memberikan umpan balik yang tepat untuk memberikan solusi. Penerapan sistem SAP, juga diikuti dengan evaluasi terus menerus pada setiap proses rantai pasok.
Baca Juga: Kinerja XL Axiata (EXCL) Meningkat Tahun Lalu, Ini Faktor Pendorongnya Asal tahu, GGRP memasang mode optimistis tahun ini. Emiten baja tersebut memproyeksi pertumbuhan pendapatan tahun ini akan meningkat 50%-70% dibandingkan 2021. “Untuk sektor pendorong masih berasal dari sektor konstruksi dan
property,” terang Fedaus, Direktur
Corporate Affairs Gunung Raja Paksi kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
Optimisme GGRP juga didasarkan pada beberapa faktor, diantaranya permintaan baja yang membaik pada kuartal kedua dan kuartal ketiga 2021 serta adanya tren perbaikan harga baja dunia sejak 2020. Pertumbuhan ekonomi domestik juga dipercaya akan mengangkat permintaan baja. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berdampak pada semua sektor, termasuk konstruksi dan manufaktur yang merupakan pangsa pasar baja GGRP. GGRP berencana akan mengembangkan pasar ekspor di tahun ini dengan menambah tujuan pasar baru dan menjual produk yang lebih bernilai tambah. Salah satu pasar baru yang akan dirambah adalah pasar Eropa. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi