KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gunung Raja Paksi Tbk (
GGRP) akan menggelontorkan dana investasi sebesar Rp 6,8 triliun untuk tahun 2021-2023 yang mayoritas digunakan untuk ekspansi pabrik. Salah satu bentuk ekspansi mesin GGRP adalah
light session mill (LSM) yang akan meningkatkan level kompetitif GGRP di segmen
long product. Selain itu mesin ini akan memproduksi barang secara efisien, meningkatkan produktivitas, dan ramah lingkungan, sehingga akan meningkatkan margin GGRP. Investasi Gunung Raja Paksi ini dilakukan dengan optimisme permintaan baja yang akan membaik tahun depan. Salah satu indikatornya adalah industri yang menjadi konsumen utama baja seperti konstruksi dan perdagangan telah menunjukkan pertumbuhan positif di kuartal ketiga 2020.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal ketiga 2020, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sektor konstruksi tumbuh 5,72%, lebih tinggi dari kuartal kedua yang -7,37%. “Karena sudah tumbuh kami cukup optimistis di kuartal keempat dan 2021, prediksi Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) bahwa konsumsi baja akan kembali ke 2019 bisa terpenuhi,” ujar Direktur Gunung Raja Paksi Budi Raharjo Legowo dalam paparan publik yang digelar virtual, Kamis (10/12).
Baca Juga: Asian Development Bank pangkas prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 Budi melanjutkan, konsumsi baja di Indonesia di tahun 2019 tercatat mencapai 15,9 juta ton. Sementara di 2020, konsumsi baja menurun menjadi hanya 10 juta ton sampai 11 juta ton saja. Berdasarkan data historis, saat krisis 2008 dan 2015, permintaan industri baja domestik menurun seiring dengan penurunan PBD. Dalam kedua krisis tersebut, permintaan baja di tahun berikutnya akan mencapai tingkat yang sama seperti sebelum krisis. Asumsi inilah yang melandasi proyeksi IISIA bahwa konsumsi baja di 2021 akan sama dengan 2019. Presiden Direktur GGRP Abednedju Giovano Warani Sangkaeng mengatakan, GGRP akan mengoptimalkan efisiensi kinerja dalam masa pandemi, mencari pangsa pasar baru baik domestik dan ekspor. Pada Oktober 2020 kemarin, GGRP berhasil memperoleh sertifikasi Los Angeles Department of Building and Safety (LADBS) sebagai bekal ekspor ke Negeri Paman Sam.
Baca Juga: Kinerja Gunung Raja Paksi (GGRP) mulai membaik secara kuartalan Meski tahun depan permintaan baja berpotensi membaik, GGRP tetap mewaspadai ketidakpastian ekonomi global karena pandemi Covid 19 dan ketegangan antara China dan Amerika Serikat (AS). Budi mengatakan, GGRP akan terus memperhatikan fluktuasi nilai tukar dolar AS dan selalu melakukan pengawasan lindung nilai yang diperlukan seiring dengan impor bahan baku. Selain itu, GGRP juga memastikan arus kas dan likuiditas tetap lancar.
GGRP membukukan pendapatan senilai US$ 467,48 juta hingga kuartal ketiga 2020, turun 23% secara tahunan. Pada periode tersebut, Gunung Raja Paksi mencatat rugi bersih US$ 14,95 juta. Capaian ini berbanding terbalik dari laba bersih senilai US$ 3,1 juta pada periode yang sama tahun lalu. Hingga akhir tahun, Budi memproyeksikan GGRP masih akan membukukan kerugian. Hanya saja, perkiraan rugi bersih ini akan lebih rendah dari rugi bersih di 2019 yang sebesar US$ 12,53 juta. “Walaupun di tahun 2020 ada Covid-19, karena ada efisiensi di segala sisi, perkiraan kerugian di bawah US$ 10 juta,” pungkas Budi.
Baca Juga: Dapatkan sertifikasi Los Angeles, Gunung Raja Paksi (GGRP) berpeluang eskpor ke AS Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati