KONTAN.CO.ID - CIBITUNG. Produsen baja, PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) memperoleh sustainability linked loan (SLL) sebesar US$ 32 juta dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI). Kredit bilateral bertenor 5 tahun ini akan digunakan untuk mendanai salah satu inisiatif keberlanjutan GGRP, termasuk fasilitas Light Section Mill (LSM) yang beberapa waktu lalu diresmikan. Sekadar pengingat, pada pertengahan Juni lalu GGRP meresmikan mesin baru LSM untuk produksi baja jenis H Beam (I-H Section), sehingga kapasitas produksi baja dari mesin LSM dapat meningkat menjadi 980.000 ton per tahun. Presiden Direktur Gunung Raja Paksi Abedneju Giovano Warani Sangkaeng mengatakan, kerja sama dengan BNI merupakan langkah komitmen pengembangan bisnis yang berbasis environmental, social, and corporate governance (ESG) oleh GGRP.
Baca Juga: Genjot Pasar Ekspor, Begini Rencana Bisnis Gunung Raja Paksi (GGRP) pada 2023 Berkat bantuan kredit dari BNI tersebut, GGRP dapat meningkatkan kapasitas produksi dan memperbaharui mesin LSM. Upaya tersebut akan mendorong efisiensi operasional melalui penurunan konsumsi energi yang pada akhirnya mengurangi emisi karbon dari pabrik perusahaan. “Lewat kerja sama ini, pendanaan untuk proyek LSM kami masuk dalam kategori green loans milik BNI,” kata sosok yang akrab dipanggil Argo ketika ditemui KONTAN, Rabu (28/12). Ia menambahkan, dukungan SSL dari BNI tidak hanya akan mendorong GGRP untuk menerapkan metode produksi yang berkelanjutan, melainkan juga memungkinan perusahaan tersebut untuk mempercepat laju dekarbonisasi di area operasionalnya. Sejalan dengan SSL tersebut, GGRP juga telah memulai inisiatif keberlanjutan pada tahun ini seperti kemitraan dengan Fortescue Future Industries (FFI), perusahaan global yang bergerak dalam energi hijau. Kemitraan ini ditujukan untuk mengeksplorasi penggunaan hidrogen hijau dan ammonia hijau dalam proses produksi baja. Ke depannya, GGRP juga bertekad untuk memasok baja karbon rendah ke sektor konstruksi yang diproyeksikan akan mengalami peningkatan permintaan baja. Di luar itu, secara umum, Argo menilai bahwa prospek bisnis baja yang dijalankan GGRP bakal tetap positif pada 2023 mendatang. Memang, ketidakpastian berupa perlambatan ekonomi global dapat menjadi tantangan bagi GGRP. Namun, secara historis, pembangunan infrastruktur dan kegiatan konstruksit tetap bisa berjalan meski ada kendala dari aspek ekonomi, termasuk kendala berupa pandemi. “Ketika pandemi Covid-19 lalu kinerja kami masih bisa tumbuh positif. Sekarang kondisi lebih stabil diharapkan kami bisa tumbuh lebih baik,” terang dia. Lantas, ia menyebut, selama pemerintah terus menggencarkan proyek-proyek infrastruktur, maka hal itu akan memicu peningkatan permintaan baja nasional. Alhasil, produksi baja GGRP berpotensi meningkat pada masa mendatang. Optimisme Argo didukung oleh proyeksi dari PwC dan Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) yang mengungkapkan bahwa penggunaan baja di Indonesia telah mencapai 18,1 juta ton pada 2022 atau naik 7,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Studi yang sama juga memprediksi, konsumsi baja pada 2050 dapat mencapai 125 juta ton. Sebagian besar konsumsi baja didorong oleh sektor konstruksi yang dengan sendirinya menyumbang hingga 75% dari total permintaan baja. Mengutip berita sebelumnya, GGRP mencatatkan peningkatan penjualan bersih 44,02% year on year (yoy) menjadi US$ 723,26 juta. Laba bersih periode berjalan GGRP juga melesat 22,38% (yoy) menjadi US$ 49,20 juta.
Baca Juga: BNI Kucurkan Pembiayaan Berkelanjutan US$ 32 Juta ke Gunung Raja Paksi Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat