Gunung Raja Paksi (GGRP) Sebut Kebijakan Anti Karbon Akan Berpengaruh Terhadap Ekspor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produksi baja, PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP), mengungkapkan bahwa kebijakan antikarbon atau Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) akan berdampak pada pangsa ekspor mereka ke Eropa.

Head of Sustainability GGRP, Sheren Omega, menyatakan bahwa meskipun mayoritas penjualan baja masih berada di pasar domestik, CBAM dipastikan akan mempengaruhi target ekspor di masa mendatang, terutama karena peraturan ini akan diterapkan pada tahun 2025.

"Menurut kami, aturan CBAM ini akan berdampak pada penjualan ekspor kami, terutama ke Eropa. Meskipun pangsa pasar GRP untuk ekspor hanya sekitar 5%, dibandingkan dengan pangsa domestik yang mencapai 95%, kami sebagai pelaku industri baja harus mulai mengantisipasi penerapan kebijakan CBAM yang akan dilaksanakan pada tahun 2026," ungkap Sheren saat dihubungi Kontan, Jumat (05/07).


Baca Juga: Ini Rencana Gunung Raja Paksi (GGRP) Usai Rampungkan Divestasi Nusantara Baja Profil

Untuk mengatasi efek samping dari CBAM, Sheren menyatakan bahwa saat ini perusahaan tengah mengajukan sertifikasi Environmental Product Declaration untuk pasar Eropa sebagai bentuk transparansi data.

Hingga kini, perusahaan telah mengekspor baja ke lebih dari 30 negara di dunia, termasuk Eropa.

"Terkait ekspor, kami telah mengekspor produk baja ke lebih dari 30 negara, termasuk baru-baru ini ke Kanada untuk mendukung proyek pembangunan, serta ke Australia dan Selandia Baru," tambahnya.

Tahun ini, GGRP menargetkan kapasitas dengan utilitas penuh sebesar sekitar 1,2 juta ton secara tahunan.

Selain target pengurangan karbon di pasar global, Sheren juga menjelaskan bahwa perusahaan telah melakukan beberapa langkah untuk menekan tingkat karbon dalam produk baja yang dijual di pasar lokal.

 
GGRP Chart by TradingView

"Kami telah menerapkan beberapa langkah inisiatif hijau di perusahaan. Antara lain, kami telah menggunakan Electric Arc Furnace, yang menghasilkan emisi karbon lebih rendah dibandingkan dengan Blast Furnace," katanya.

Selain itu, perusahaan secara konsisten telah melakukan efisiensi operasi berkelanjutan dengan fokus pada peningkatan produktivitas melalui pengembangan teknologi produksi yang efisien, optimalisasi rantai pasokan, dan digitalisasi proses bisnis.

"Kami juga telah memasang dan menggunakan Rooftop Solar Panel untuk menunjang kegiatan operasional sebagai bagian dari komitmen kami dalam memajukan energi baru dan terbarukan. Rooftop Solar Panel ini memiliki kapasitas 9,3 megawatt peak, serta merupakan salah satu yang terbesar di wilayah Jawa Barat," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .