KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mendirikan usaha bisa berasal dari sumber daya yang melimpah di suatu daerah. Inilah yang dilakukan Ida Royani ketika mendirikan usaha bawang goreng pada tahun 2019 silam. Maklumlah, Ida Royani tinggal di Kabupaten Kepahiang, Bengkulu. Wilayah tersebut merupakan salah satu daerah penghasil utama bawang merah. Melihat pasokan bawah merah yang melimpah, naluri bisnis Ida langsung jalan. Dia kemudian berinisiatif mendirikan usaha bawang goreng yang banyak dibutuhkan kalangan rumah tangga dengan label KWT Kemuning Tunkeme. Label usaha yang didirikan dengan modal pribadi Ida ini artinya adalah kebersamaan dalam bahasa Rejang.
Untuk itulah dirinya merangkul banyak orang dalam menjalankan usaha. Lantaran pekerjaan mengupas bawang tergolong ringan, Ida merekrut para perempuan lanjut usia di sekitar tempat tinggalnya. "Lansia di desa kami tergolong banyak," kata dia kepada KONTAN belum lama ini.
Baca Juga: Memupuk kantong sampai gembul dari ayam gepuk Pelan namun pasti, usaha Tunkeme terus menanjak. Bisnis yang awalnya hanya bisa memproduksi bawang merah seberat 10 kilogram (kg) sampai 20 kg saja per minggunya semakin bertambah banyak. Hingga akhirnya Ida saat ini sanggup memproduksi bawang goreng sebanyak 200 kg dalam seminggu. Berkembangnya usaha Tunkeme membuat Ida terus menambah jumlah tenaga kerjanya. Hingga saat ini dia sudah mempekerjakan 30 perempuan lansia. Berkembangnya usaha Ida tidak terlepas dari langkahnya yang membuat beragam produk bawang goreng dengan variasi rasa. Seperti rasa orisinal hingga yang pedas. Kemudian Ida Royani juga tidak cuma menjual bawang merah goreng, melainkan juga bawang putih goreng yang juga banyak penggemarnya. Hasilnya kini Ida sanggup menjual sebanyak 500 bungkus produk bawang merah termasuk juga bawang putih dalam beragam ukuran. Produk tersebut Ida jajakan dengan harga terendah Rp 18.000 per bungkus hingga ukuran yang paling besar seharga Rp 200.000 per bungkus. Pencapaian yang diraih KWT Kemuning Tunkeme juga tidak terlepas dari beragam program pemasaran yang Ida jalani. Selain menjajakan produk Tunkeme di gerai-gerai di sekitar Bengkulu, dia juga kerap mengikuti berbagai pameran, termasuk juga penjualan secara daring lewat media sosial. Dari ajang tersebut, pasar Tunkeme semakin meluas tidak cuma berasal dari Bengkulu saja, tetapi juga hingga pasar luar negeri. Hal itu lantaran pada April tahun ini Ida mengikuti pameran yang berlangsung di salah satu kota di Malaysia. Tak disangka di pameran tersebut produknya mendapat respons posifit. "Penjualannya lumayan. Ini yang saya tunggu-tunggu," kata dia.
Meski sudah bisa menembus pasar luar negeri, fokus Ida masih tetap untuk terus memperluas pasar Tunkeme di dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Markus Sumartomjon