Guru harus mendampingi para siswa beradaptasi pada pembelajaran tatap muka



KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Meredanya kasus Covid-19, menyebabkan sekolah kembali menjalankan pembelajaran tatap muka. Langkah ini setelah lebih dari setahun lamanya pembelajaran jarah jauh (PJJ) untuk mencegah penyebaran Covid-19. 

Terlalu lamanya PJJ ternyata menimbulkan berbagi permasalahan. Mulai dari kejenuhan hingga tekanan yang memicu stres pada murid. Kondisi kecemasan akademik berdampak buruk pada psikologi murid bahkan mengakibatkan learning loss saat PTM dimulai. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus dari tenaga pendidik.

"Kami berupaya memberi solusi kepada para guru terhadap permasalahan kegiatan belajar mengajar, terutama yang timbul jelang PTM,” ujar  Co-Founder dan Senior Advisor PT Cetta Satkaara, Ruth Andriani, dalam rilis ke Kontan.co.id, Senin (22/11).

Berdasarkan survei Gerakan Sekolah Menyenangkan, banyaknya tugas yang diberikan tidak sebanding dengan waktu pengerjaan adalah salah satu pemicu kecemasan pada murid. Hal tersebut dapat memberikan dampak negatif ketika mereka memulai transisi kembali ke sistem PTM.

Peran tenaga pendidik menjadi sangat krusial dalam mengatasi kecemasan siswa. Dan mendampingi para siswa untuk kembali beradaptasi dengan sistem PTM.

Menurut Kepala Bagian Psikologi Klinis Universitas Katholik Atma Jaya,Nanda Rossalia, kesuksesan pembelajaran daring sangat tergantung dari kesiapan penyelanggara.  Selama ini yang terjadi, di awal PTM guru dan sekolah cenderung fokus mengejar materi-materi yang tertinggal selama PJJ. 

Padahal yang jauh lebih penting adalah kondisi emosional dan psikologi murid. “Para guru harus sigap melihat gejala gejala emosi negatif dengan melakukan konseling secara efektif. Jadi lihat dan tes dahulu bagaimana kondisi murid-muridnya,” terang Nanda. 

Melalui Webinar Basic Counseling Skill, Satkaara berupaya membantu para guru untuk mendalami kecemasan akademik. Serta metode konseling yang tepat untuk mengatasinya.

Dalam paparannya, Nanda menjelaskan guru sebagai pendamping harus berperan menjadi konselor. Artinya, mampu mendengarkan secara aktif yaitu memberikan kesempatan bagi murid untuk mengeluarkan pikiran dan perasaan mereka, lalu memberikan umpan balik. 

Nanda menyerabkan para guru untuk tidak melakukan hal-hal yang membuat murid enggan terbuka soal kecemasan mereka. Mulai dari argumentasi, menggurui sampai menghakimi. Menurutnya konselor yang baik juga harus memiliki empati, ketulusan serta sikap menghargai nilai-nilai yang dimiliki murid apa adanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ahmad Febrian