Gusur China, AS jadi pusat penambangan Bitcoin terbesar di dunia



KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Amerika Serikat atau AS mengambil alih China sebagai pusat penambangan Bitcoin terbesar di dunia, mengacu Cambridge Centre for Alternative Finance (CCAF), Inggris, yang terbit Rabu (13/10).

Pihak berwenang China melarang aktivitas penambangan Bitcoin awal tahun ini, yang menyebabkan para penambang menghentikan aktivitas mereka atau pindah ke luar negeri.

Pangsa China atas kekuatan komputer yang terhubung ke jaringan Bitcoin global, yang dikenal sebagai "hash rate", turun menjadi nol pada Juli lalu, dari 44 persen di Mei, data CCAF menunjukkan, seperti dikutip Reuters.


Sementara AS sekarang menjadi pusat penambangan Bitcoin terbesar di dunia, sekitar 35,4% dari hash rate global pada akhir Agustus, diikuti oleh Kazakhstan dan Rusia, menurut data CCAF.

Baca Juga: Pasca Erdogan nyatakan perang, bursa kripto terbesar di Turki ini setop beroperasi

Dalam langkah terbarunya, China menambahkan penambangan kripto ke dalam daftar negatif investasi. Bahkan, tindakan negeri tembok raksasa semakin kerasa terhadap penambangan kripto.

“Krisis energi di China menyebabkan peningkatan pengawasan terhadap proyek penambangan kripto di berbagai wilayah, seperti penyitaan mesin penambangan yang tidak digunakan di Mongolia Dalam,” tulis WuBlockchain, seperti dikutip CoinDesk.

Tindakan China yang semakin keras itu menjadi salah satu penyebab harga Bitcoin gagal melanjutkan tren kenaikan. Pada Rabu (13/10), harga aset tertua di dunia ini merosot ke level US$ 54.000.

Mengacu data CoinDesk, harga Bitcoin pada Rabu sempat menyenuh US$ 54.111,70. Sedang pukul 19.44 WIB, harga Bitcoin ada di US$ 54.966,62 atau turun 3,45% dibanding posisi 24 jam sebelumnya. 

Angka ini menjauh dari level tertinggi di Selasa (14/10) US$ 57.000.

Selanjutnya: Langkah terbaru menjauh dari China, Binance setop penggunaan yuan

Editor: S.S. Kurniawan