JAKARTA. Penerapan kenaikan setoran Giro Wajib Minimum (GWM) primer perbankan sebanyak 3% per 1 November yang diberlakukan oleh Bank Indonesia (BI) berhasil menyedot ekses likuiditas di sistem keuangan senilai Rp 60,3 triliun. Sedikit melebihi perhitungan BI semula senilai Rp 50 triliun. Dengan demikian, posisi outstanding operasi moneter terbuka yang mencerminkan nilai kelebihan ekses likuiditas sampai pekan pertama November kemarin adalah sebesar Rp 386,4 triliun.Dalam laporan OPT pekan pertama November yang dirilis oleh BI, hari ini (10/11), tercatat bahwa operasi moneter pekan pertama mengalami nett ekspansi sehingga posisi piranti operasi moneter per 5 November turun sekitar Rp 60,3 triliun. "Penurunan posisi ekses likuiditas disebabkan oleh peningkatan kebutuhan likuiditas terutama terkait pemenuhan kenaikan GWM Primer per 1 November lalu," ujar Kepala Biro Humas BI Difi A. Johansyah dalam surat elektronik yang diterima KONTAN, Rabu (10/11).Angka persis ekses likuiditas bank yang tersedot pemberlakukan kenaikan GWM primer mencapai Rp 60,5 triliun yang terindikasi dari penurunan penempatan instrumen bank di BI. Nah, selain terimbas kebutuhan pemenuhan kenaikan GWM Primer, menyusutnya ekses likuiditas juga terdorong tren aliran keluar uan kartal di perbankan di awal bulan. "Kontraksi operasi keuangan pemerintah juga menyebabkan penurunan ekses likuiditas tersebut," jelas Difi.BI mencatat, uang kartal yang mengalir keluar dari bank di pekan pertama November mencapai Rp 12 triliun. Di saat yang sama, ekspansi likuiditas dari dropping alias penempatan dana dalam rangka pengeluaran rutin pemerintah tercatat lebih rendah. Pekan sebelumnya, posisi ekses likuiditas tercatat menembus rekor baru yakni mencapai Rp 446,7. Beberapa kalangan menilai, upaya BI menyedot ekses likuiditas di sistem keuangan dengan menaikkan GWM primer sebanyak 3% terkesan tanggung. Pasalnya, nilai ekses yang tersedot "cuma" kisaran puluhan triliun. Masih jauh di bawah nilai total ekses yang mencapai Rp 400 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
GWM Primer naik, eskses likuiditas tersedot Rp 60,3 triliun
JAKARTA. Penerapan kenaikan setoran Giro Wajib Minimum (GWM) primer perbankan sebanyak 3% per 1 November yang diberlakukan oleh Bank Indonesia (BI) berhasil menyedot ekses likuiditas di sistem keuangan senilai Rp 60,3 triliun. Sedikit melebihi perhitungan BI semula senilai Rp 50 triliun. Dengan demikian, posisi outstanding operasi moneter terbuka yang mencerminkan nilai kelebihan ekses likuiditas sampai pekan pertama November kemarin adalah sebesar Rp 386,4 triliun.Dalam laporan OPT pekan pertama November yang dirilis oleh BI, hari ini (10/11), tercatat bahwa operasi moneter pekan pertama mengalami nett ekspansi sehingga posisi piranti operasi moneter per 5 November turun sekitar Rp 60,3 triliun. "Penurunan posisi ekses likuiditas disebabkan oleh peningkatan kebutuhan likuiditas terutama terkait pemenuhan kenaikan GWM Primer per 1 November lalu," ujar Kepala Biro Humas BI Difi A. Johansyah dalam surat elektronik yang diterima KONTAN, Rabu (10/11).Angka persis ekses likuiditas bank yang tersedot pemberlakukan kenaikan GWM primer mencapai Rp 60,5 triliun yang terindikasi dari penurunan penempatan instrumen bank di BI. Nah, selain terimbas kebutuhan pemenuhan kenaikan GWM Primer, menyusutnya ekses likuiditas juga terdorong tren aliran keluar uan kartal di perbankan di awal bulan. "Kontraksi operasi keuangan pemerintah juga menyebabkan penurunan ekses likuiditas tersebut," jelas Difi.BI mencatat, uang kartal yang mengalir keluar dari bank di pekan pertama November mencapai Rp 12 triliun. Di saat yang sama, ekspansi likuiditas dari dropping alias penempatan dana dalam rangka pengeluaran rutin pemerintah tercatat lebih rendah. Pekan sebelumnya, posisi ekses likuiditas tercatat menembus rekor baru yakni mencapai Rp 446,7. Beberapa kalangan menilai, upaya BI menyedot ekses likuiditas di sistem keuangan dengan menaikkan GWM primer sebanyak 3% terkesan tanggung. Pasalnya, nilai ekses yang tersedot "cuma" kisaran puluhan triliun. Masih jauh di bawah nilai total ekses yang mencapai Rp 400 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News