Habis-habisan kendalikan harga pangan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perayaan Ramadan dan Lebaran tinggal sebentar lagi. Lazim terjadi selama ini, harga bahan pangan pokok seperti beras, daging, telur, daging ayam, dan gula meroket menjelang perayaan hari besar Umat Islam itu.

Agar gejolak harga pangan bisa diredam, pemerintah berjanji habis-habisan mengendalikan harga. Misalnya, dengan mengguyur pasokan pangan impor, hingga regulasi intervensionis terhadap harga bahan pangan.

Kementerian Perdagangan, misalnya, akan memperketat pengendalian harga beras. Salah satunya, mewajibkan penjualan beras di pasar ritel maupun tradisional sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET). Kewajiban itu berlaku mulai Jumat, 13 April 2018. Maklum, sampai saat ini rata-rata harga beras masih di atas HET, yakni Rp 9.450 per kg untuk jenis medium.


Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Dalam Negeri Kemdag Tjahya Widayanti berharap, intervensi ini bisa meneken turun harga beras sesuai HET. Selain intervensi harga, Bulog juga ditugaskan untuk memasok beras ke pasar. "Kami minta secepatnya dilakukan Operasi Pasar," ujar Tjahya, Selasa (10/4).

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kemtan) Agung Hendriadi juga berjanji, Kemtan akan memotong rantai pasok beras untuk meredam harga. Caranya, sejumlah sejumlah BUMN selain Bulog, seperti PT Pertani dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), dilibatkan untuk menjual beras. "Nanti mereka akan mengambil dari penggilingan dan jual ke pasar ritel dan tradisional, ," kata Agung.

Bahkan perbankan juga akan dilibatkan. Menurut Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk Maryono, perbankan akan memanfaatkan agen bank di daerah untuk menyalurkan beras. Namun, skemanya masih menunggu pengaturan Kementerian BUMN. Yang terang, "Kami punya sekitar 35.000 agen yang dapat dipakai sebagai tempat untuk berjualan beras," kata dia.

Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang Zulkifli Rasyid, menilai, intervensi harga beras lewat HET bisa tak mempan lagi menekan harga, jika stok tetap minim. " Harga sudah terbentuk di pasar. Dulu saat stok rendah, harga juga mencapai Rp 11.000 per kg," ujarnya.

Ekonom Universitas Indonesia Berly Martawardaya menyatakan, pengendalian harga saat puasa dan Lebaran memang krusial. Sebab, inflasi cenderung tinggi di dua perayaan ini, yakni di kisaran 0,69%. "Saya prediksikan, inflasi pada puasa dan Lebaran kali ini di rentang 0,6%–0,7%, karena permintaan kebutuhan pokok naik," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi