Hacker Korea Utara Lagi-Lagi Sukses Mencuri Mata Uang Kripto Senilai US$100 Juta



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Aktivitas hacker atau peretas Korea Utara kembali terendus. Baru-baru ini mereka diduga telah berhasil mencuri mata uang kripto dengan nilai mencapai US$100 juta atau sekitar Rp 1,49 triliun.

Firma analitik mata uang kripto, Elliptic, pada hari Selasa (13/6) melaporkan bahwa pencurian terbaru ini memengaruhi pengguna layanan Atomic Wallet.

Dalam laporannya, Elliptic mengatakan bahwa lebih dari 5.500 dompet digital diserang oleh para hacker. Kelompok yang bekerja kali ini diduga merupakan bagian dari Lazarus, sebuah geng kriminal dunia maya terkemuka dari Korea Utara.


Elliptic mengatakan bahwa kasus yang melanda Atomic Wallet ini merupakan salah satu yang terbesar sejak pencurian dari perusahaan asal AS, Harmony, tahun lalu. Saat itu kerugian juga mencapai US$100 juta.

Baca Juga: AS Kembali Khawatirkan Adanya Upaya Pengiriman Senjata dari Korut ke Rusia

Mengutip Reuters, Atomic Wallet sebelumnya mengatakan bahwa mereka menerima laporan tentang adanya layanan dompet digital yang telah dipermainkan oleh pihak lain.

Perusahaan yang berbasis di Estonia ini juga telah menyewa perusahaan analitik mata uang kripto lain, Chainalysis, untuk menyelidiki insiden tersebut dan melacak dana yang dicuri. 

"Kami telah menerima laporan tentang dompet yang disusupi. Kami melakukan semua yang kami bisa untuk menyelidiki dan menganalisis situasi. Karena kami memiliki lebih banyak informasi, kami akan membagikannya dengan sesuai," tulis Atomic Wallet di Twitter.

Baca Juga: Kelompok Pemuda Korut Menyumbang Peluncur Roket ke Negara

Aktivtas Lazarus telah lama menjadi perhatian para pengamat keamanan siber. Lazarus telah disalahkan atas serangkaian pencurian kurang ajar yang menargetkan pengguna dan organisasi yang bergerak di bidang pengelolaan mata uang kripto.

PBB awal tahun ini melaporkan bahwa Korea Utara telah mencuri lebih banyak aset kripto pada tahun 2022 dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Pengamat meyakini bahwa aktivitas pencurian ini berkaitan erat dengan pendanaan program militer Korea Utara yang juga semakin aktif dua tahun terakhir.