SEOUL. Peneliti Cybersecurity menemukan bukti bahwa serangan virus WannaCry terhubung dengan Korea Utara. Serangan tersebut telah menginfeksi lebih dari 300.000 komputer di seluruh dunia. Pihak berwenang terus berusaha mencegah peretas menyebarkan versi baru virus tersebut. Seorang peneliti Hauri Labs dari Korea Selatan menyebutkan, ada temuan perangkat lunak WannaCry muncul dalam program yang digunakan Lazarus Group. Program digunakan pada operasi hacking Korea Utara. "Ini mirip kode berbahaya Korea Utara," ujar Peneliti Senior Hauri, Simon Choi seperti dikutip Reuters. Peneliti ini telah melakukan riset menda;am mengenai kemampuan hacker Korea Utara dan memberi saran ke polisi Korea Selatan.
Peneliti Hauri mengatakan kode itu memiliki kesamaan dengan yang digunakan hacker Korea Utara untuk meretas situs Sony Corp. Berdasarkan percakapannya dengan hacker asal Korut, negara tersebut mengembangkan dan menguji program ransomware sejak Agustus 2016. Namun, Symantec dan Kapersky Lab menilai terlalu dini menyimpulkan Korea Utara terlibat dalam serangan siber tersebut. Apalagi tuduhan tersebut hanya dari bukti yang dipublikasikan di Twitter oleh peneliti keamanan Google Neel Mehta. Pejabat Korea Utara tidak memberi tanggapan soal ini. Serangan hacker ini dimaksudkan meminta uang tebusan untuk membuka enkripsi data. Sumber CNBC mengatakan, hacker menghasilkan sekitar US$ 50.000 dari serangan tersebut. James Smith, CEO Elliptic bilang, pembayaran senilai US$ 50.000 menggunakan bitcoin. "Kami melihat jumlah pembayaran mulai naik sejak kemarin," ujar Smith, Senin (15/5). Tebusan bitcoin