JAKARTA. Anggota DPR RI Fraksi PDIP yang juga anggota Komisi XI, Maruarar Sirait, menegaskan pentingnya memperkuat konsolidasi untuk menegakkan kedaulatan perbankan. Langkah ini penting agar Indonesia tidak hanya menjadi penonton dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN/ASEAN Economic Community (AEC) yang mulai diberlakukan 2015. Kepada Kontan, (17/5) Ara menegaskan ada beberapa langkah yang perlu dilakukan. Pertama, pemerintah perlu melakukan merger antara Mandiri dan BNI. Langkah ini diiringi memasukkan Bahana sebagai sekuritas. Masukkan asuransi BUMN seperti Jiwasraya dan Jasindo. Kedua, BRI dan BTN dimerger, disertai memasukkan Danareksa sebagai sekuritas. Masukkan asuransi satu. Tujuan dari kedua langkah tersebut adalah memperkuat permodalan. Merger antara BNI dan Mandiri akan menghasilkan bank baru dengan permodalan yang jauh lebih besar. Melihat kondisi aturan di Malaysia dan Singapura misalnya, yang banyak masyarakat modal besar untuk membuka kantor cabang, maka kelak Bank dari Indonesia bisa membuka kantor cabang di negara ASEAN lain. "Faktanya, Mandiri dan BNI jika digabung serta ditambah sekuritas Bahana, sudah bisa mengimbangi atau head to head dengan DBS," jelas Ara Sirait. Tujuan kedua dari merger ini adalah spesialisasi. BNI dan Mandiri dikenal memiliki spesialisasi di sektor korporasi. Sedangkan BRI dan BTN condong ke sektor mikro dan perumahan. Dari segi pengawasan, merger tersebut akan mempermudah pengawasan yang harus dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "OJK tentu lebih senang jika bank yang harus diawasi lebih sedikit," kata Ara. Menurutnya, penguatan sektor perbankan adalah langkah strategis menghadapi AEC. Masyarakat ASEAN berjumlah kurang lebih 550 juta jiwa. 250 juta jiwa di antaranya ada di Indonesia. Maruarar berharap Bank Mandiri tidak hanya ada di Sabang sampai Merauke di Indonesia, namun juga ada di Selangor, Sabah, Singapura, Bangkok, Phuket, dan lain-lain. Jika tidak demikian, Indonesia sulit memenangi pertarungan ekonomi pasar di ASEAN.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Hadapi AEC, PDIP minta bank besar merger
JAKARTA. Anggota DPR RI Fraksi PDIP yang juga anggota Komisi XI, Maruarar Sirait, menegaskan pentingnya memperkuat konsolidasi untuk menegakkan kedaulatan perbankan. Langkah ini penting agar Indonesia tidak hanya menjadi penonton dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN/ASEAN Economic Community (AEC) yang mulai diberlakukan 2015. Kepada Kontan, (17/5) Ara menegaskan ada beberapa langkah yang perlu dilakukan. Pertama, pemerintah perlu melakukan merger antara Mandiri dan BNI. Langkah ini diiringi memasukkan Bahana sebagai sekuritas. Masukkan asuransi BUMN seperti Jiwasraya dan Jasindo. Kedua, BRI dan BTN dimerger, disertai memasukkan Danareksa sebagai sekuritas. Masukkan asuransi satu. Tujuan dari kedua langkah tersebut adalah memperkuat permodalan. Merger antara BNI dan Mandiri akan menghasilkan bank baru dengan permodalan yang jauh lebih besar. Melihat kondisi aturan di Malaysia dan Singapura misalnya, yang banyak masyarakat modal besar untuk membuka kantor cabang, maka kelak Bank dari Indonesia bisa membuka kantor cabang di negara ASEAN lain. "Faktanya, Mandiri dan BNI jika digabung serta ditambah sekuritas Bahana, sudah bisa mengimbangi atau head to head dengan DBS," jelas Ara Sirait. Tujuan kedua dari merger ini adalah spesialisasi. BNI dan Mandiri dikenal memiliki spesialisasi di sektor korporasi. Sedangkan BRI dan BTN condong ke sektor mikro dan perumahan. Dari segi pengawasan, merger tersebut akan mempermudah pengawasan yang harus dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "OJK tentu lebih senang jika bank yang harus diawasi lebih sedikit," kata Ara. Menurutnya, penguatan sektor perbankan adalah langkah strategis menghadapi AEC. Masyarakat ASEAN berjumlah kurang lebih 550 juta jiwa. 250 juta jiwa di antaranya ada di Indonesia. Maruarar berharap Bank Mandiri tidak hanya ada di Sabang sampai Merauke di Indonesia, namun juga ada di Selangor, Sabah, Singapura, Bangkok, Phuket, dan lain-lain. Jika tidak demikian, Indonesia sulit memenangi pertarungan ekonomi pasar di ASEAN.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News