KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memutuskan untuk memangkas target perolehan kontrak baru tahun ini dari Rp 65,5 triliun menjadi Rp 21,3 triliun. Selain itu, nilai penjualan kepada pemerintah ditargetkan sebesar Rp 23 triliun dan non-pemerintah sebesar Rp 16 triliun, dengan target laba bersih sekitar Rp 208 miliar. Target kinerja di tahun 2020 tersebut telah disesuaikan dengan kendala yang dihadapi Wijaya Karya di tahun ini. Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito alias Agung BW menjelaskan tantangan yang dihadapi antara lain penurunan penjualan yang disebabkan turunnya nilai kontrak baru yang diperoleh Wijaya Karya di semester I-2020 terutama di kuartal II-2020. Selain itu, terhambatnya produksi untuk pengerjaan proyek kontrak lama yang dihadapi oleh Wijaya Karya, terutama karena adanya pembatasan sosial yang menyebabkan ketersediaan material dan tenaga kerja tidak optimal. Salah satunya pengerjaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang saat ini progresnya mencapai 51%, dan akan mundur dari rencana awal selesai di akhir 2021 menjadi di 2022.
Hadapi banyak tantangan, ini target kinerja Wijaya Karya (WIKA) teranyar untuk 2020
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memutuskan untuk memangkas target perolehan kontrak baru tahun ini dari Rp 65,5 triliun menjadi Rp 21,3 triliun. Selain itu, nilai penjualan kepada pemerintah ditargetkan sebesar Rp 23 triliun dan non-pemerintah sebesar Rp 16 triliun, dengan target laba bersih sekitar Rp 208 miliar. Target kinerja di tahun 2020 tersebut telah disesuaikan dengan kendala yang dihadapi Wijaya Karya di tahun ini. Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito alias Agung BW menjelaskan tantangan yang dihadapi antara lain penurunan penjualan yang disebabkan turunnya nilai kontrak baru yang diperoleh Wijaya Karya di semester I-2020 terutama di kuartal II-2020. Selain itu, terhambatnya produksi untuk pengerjaan proyek kontrak lama yang dihadapi oleh Wijaya Karya, terutama karena adanya pembatasan sosial yang menyebabkan ketersediaan material dan tenaga kerja tidak optimal. Salah satunya pengerjaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang saat ini progresnya mencapai 51%, dan akan mundur dari rencana awal selesai di akhir 2021 menjadi di 2022.