Hadapi Covid-19, bank sentral di dunia kompak pangkas suku bunga



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Bank-bank sentral di wilayah Asia Pasifik mulai masuk ke mode krisis, terhitung sejak Senin (16/3) pasca bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve mengambil kebijakan darurat. Melansir Bloomberg, Senin (16/3) langkah ini menandai gelombang kebijakan baru di tengah meningkatnya risiko ekonomi global yang disebabkan oleh perluasan penyebaran virus corona (Covid-19).

Selandia Baru misalnya, mengeluarkan kebijakan pemangkasan suku bunga acuan sebanyak 75 basis poin (bps) sebagai langkah darurat. Pihaknya juga berjanji untuk menjaga suku bunga serendah mungkin selama satu tahun penuh. 

Baca Juga: Batasi efek virus corona, Bank Sentral Korea memangkas suku bunga 50 bps


Sebelumnya, The Fed pada hari Minggu (15/3) telah mengumumkan kebijakan pemangkasan suku bunga sebanyak 100 poin mendekati level nol. Langkah ini mendorong banyak negara termasuk Hong Kong untuk menurunkan suku bunga utamanya.

Sementara itu, bank sentral lain seperti People's Bank of China (PBOC) lebih memilih untuk fokus pada likuiditas. Bank Sentral China ini tercatat telah menyuntikkan US$ 14,3 miliar ke dalam sistem keuangan walau suku bunga tidak mengalami perubahan. 

Bakal mengambil langkah serupa, Bank Sentral Australia dikabarkan akan menyuntikkan dana tunai sebagai langkah pendalaman pasar keuangan serta menyatakan siap untuk memborong obligasi pemerintah.

Sementara itu, Bank of Japan menyatakan akan menggandakan target pembelian di bursa sambil mempertahankan tingkat suku bunga acuan. Sedangkan Filipina, yang akan mengumumkan keputusan suku bunga pada Kamis (19/3) mengisyaratkan untuk memotong lebih dari 25 bps bunga acuan. 

Begitu pula dengan Bank Indonesia yang akan melangsungkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada akhir pekan ini, sementara Pakistan diperkirakan akan memangkas suku bunga pada hari Selasa (17/3).

Sederet bauran kebijakan di seluruh dunia ini rupanya tidak banyak menenangkan pasar. Hal ini ditandai dengan aktivitas pasar tresuri yang melonjak dan ekuitas berjangka AS jatuh setelah pengumuman The Fed. Emiten di Jepang pun terpaksa harus merugi setelah pengumuman kebijakan Bank of Japan (BOJ) sementara bursa saham di seluruh Asia hingga saat ini masih merosot.

"Dalam menghadapi krisis kesehatan global yang paling serius dalam lebih dari satu abad, para pembuat kebijakan fiskal dan moneter di seluruh dunia harus mencegah resesi yang tak terhindarkan, tentunya supaya terhindar dari krisis," kata Joachim Fels, Penasihat Ekonomi Global di Pacific Investment management Co.

Wajar saja, bankir sentral global tersentak setelah meningkatnya kasus virus yang saat ini telah menembus angka 166.000 dengan lebih dari 6.400 jumlah kematian.  Pemerintah di berbagai wilayah pun pada akhir pekan lalu bergegas untuk menutup perbatasan sebagai upaya untuk menahan penyebaran. Lebih ekstrim lagi, Beijing menyatakan akan mengkarantina semua kedatangan dari luar negeri ke negara itu.

Baca Juga: The Fed pangkas suku bunga, investor khawatir kemungkinan terburuk terjadi

Spanyol yang terbaru, telah mengikuti kebijakan Italia dengan melakukan penguncian wilayah (lockdown). Banyak negara pula yang sudah memutuskan untuk menutup sekolah dan bisnis. 

Praktis, kondisi ini membuat bank sentral semakin khawatir dengan ayunan liar di pasar keuangan, lantaran investor tengah bersiap untuk menghadapi resesi global. Para pemangku kebijakan telah berupaya untuk memastikan aliran kredit stabil, terutama di kalangan usaha kecil dan sektor-sektor yang paling terdampak, termasuk pariwisata.

PBOC menawarkan 100 miliar yuan melalui fasilitas pinjaman jangka menengah satu tahun pada hari Senin, sebagai alternatif mempertahankan suku bunga stabil di level 3,15%. Bank sentral di dunia pun sepakat bahwa aktivitas ekonomi yang anjlok selama dua bulan terakhir ini membuat banyak proyeksi jauh dari yang diharapkan.

Editor: Herlina Kartika Dewi