JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tidak akan mengimpor beras dalam menghadapi El Nino yang memberi dampak kekeringan di beberapa daerah. "Kita akan lihat dulu, tapi sejauh ini hitungan secara kasar kita tidak perlu impor beras," kata Kepala Bappenas Andrinof Chaniago di Jakarta, Selasa (4/8). Ia memperkirakan Indonesia memiliki surplus tahunan sekitar sembilan juta ton. Sehingga meski terdampak El Nino, pemerintah optimistis persediaan beras masih cukup. Sementara untuk 2015, Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan akan terjadi surplus produksi beras sebesar 10,572 juta ton yang didapat dari hasil perhitungan Angka Ramalan (ARAM) I Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan ARAM I BPS, produksi beras 2015 sebesar 75,551 juta ton gabah kering giling (GKG) setara dengan 43,940 juta ton beras tersedia. Andrinof menuturkan, yang kini lebih menjadi perhatian pemerintah adalah distribusi logistik. Sementara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan fenomena El Nino pada akhir 2015 memicu kekeringan di sebagian wilayah Indonesia sehingga harus diantisipasi dengan seksama terutama oleh pemerintah. BMKG memperkirakan Agustus-Oktober daerah-daerah Indonesia yang terletak di selatan khatulistiwa, seperti sebagian Sumatera, Pulau Jawa, sebagian Kalimantan, Pulau Bali, NTT, sebagian Papua dan wilayah-wilayah lainnya akan kekurangan air karena curah hujan sangat sedikit, yakni di bawah 100 mm. Terkait hal itu Kementan menyiapkan anggaran sebesar Rp 880 miliar khusus untuk mengantisipasi kekeringan di sektor pertanian. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Hadapi El Nino, pemerintah tak akan impor beras
JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tidak akan mengimpor beras dalam menghadapi El Nino yang memberi dampak kekeringan di beberapa daerah. "Kita akan lihat dulu, tapi sejauh ini hitungan secara kasar kita tidak perlu impor beras," kata Kepala Bappenas Andrinof Chaniago di Jakarta, Selasa (4/8). Ia memperkirakan Indonesia memiliki surplus tahunan sekitar sembilan juta ton. Sehingga meski terdampak El Nino, pemerintah optimistis persediaan beras masih cukup. Sementara untuk 2015, Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan akan terjadi surplus produksi beras sebesar 10,572 juta ton yang didapat dari hasil perhitungan Angka Ramalan (ARAM) I Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan ARAM I BPS, produksi beras 2015 sebesar 75,551 juta ton gabah kering giling (GKG) setara dengan 43,940 juta ton beras tersedia. Andrinof menuturkan, yang kini lebih menjadi perhatian pemerintah adalah distribusi logistik. Sementara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan fenomena El Nino pada akhir 2015 memicu kekeringan di sebagian wilayah Indonesia sehingga harus diantisipasi dengan seksama terutama oleh pemerintah. BMKG memperkirakan Agustus-Oktober daerah-daerah Indonesia yang terletak di selatan khatulistiwa, seperti sebagian Sumatera, Pulau Jawa, sebagian Kalimantan, Pulau Bali, NTT, sebagian Papua dan wilayah-wilayah lainnya akan kekurangan air karena curah hujan sangat sedikit, yakni di bawah 100 mm. Terkait hal itu Kementan menyiapkan anggaran sebesar Rp 880 miliar khusus untuk mengantisipasi kekeringan di sektor pertanian. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News