Hadapi Kebijakan Tarif Baru Trump, HIMKI Fokus Kurangi Ketergantungan Ekspor ke AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menyusun langkah strategis untuk menghadapi dampak kebijakan tambahan tarif impor sebesar 10-20% yang direncanakan oleh pemerintahan Donald Trump. 

Kebijakan ini diperkirakan memengaruhi kinerja ekspor mebel dan kerajinan Indonesia, mengingat 52% dari total ekspor mebel Indonesia senilai USD 1,3 miliar per tahun ditujukan ke pasar Amerika Serikat.  

Ketua Presidium HIMKI, Abdul Sobur, menjelaskan bahwa rencana kenaikan tarif tersebut akan menekan daya saing produk mebel Indonesia di pasar AS. "Hal ini berpotensi menurunkan permintaan dari konsumen AS dan memengaruhi pendapatan pelaku industri di dalam negeri," ujar Abdul kepada KONTAN, Senin (25/11).


Untuk itu, HIMKI telah menyiapkan sejumlah langkah strategis guna mengurangi ketergantungan terhadap pasar AS sekaligus memperkuat daya saing industri.  

Baca Juga: Kurs Rupiah Kembali Melemah, Pelaku Usaha Manufaktur Kelimpungan

Diversifikasi pasar ekspor menjadi fokus utama HIMKI, dengan memperluas target pasar ke negara-negara berkembang seperti India, China, dan kawasan Timur Tengah. 

Sejak dua tahun terakhir, HIMKI telah mengadakan pameran dan promosi di wilayah-wilayah tersebut untuk membuka akses pasar baru. Sobur menegaskan bahwa langkah ini penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar tradisional seperti AS dan Eropa yang kini menghadapi pelemahan permintaan.  

"Langkah ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada pasar AS dan Eropa yang saat ini mengalami pelemahan permintaan. kami sudah melaksanakan kegiatan pameran di kawasan tersebut sebagai pendahuluan," imbuhnya.

Selain itu, HIMKI juga mendorong peningkatan efisiensi produksi melalui peremajaan teknologi dan peningkatan produktivitas. Namun, Sobur menilai bahwa dukungan dari pemerintah, khususnya subsidi untuk teknologi baru, sangat diperlukan agar produk Indonesia tetap kompetitif di pasar global.  

Tidak hanya fokus pada ekspor, HIMKI juga memperkuat pasar domestik melalui program pemanfaatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). HIMKI melihat potensi besar di pasar domestik, terutama melalui penggunaan anggaran pemerintah (APBN) untuk mendukung produk lokal.  

Dalam upaya mitigasi dampak kenaikan tarif impor AS, HIMKI menjalin komunikasi intensif dengan pemerintah Indonesia. Beberapa langkah yang telah diusulkan antara lain negosiasi perjanjian perdagangan dengan AS guna mendapatkan tarif preferensial, pemberian insentif bagi eksportir berupa pengurangan tarif pajak bahan baku impor, serta dukungan dalam peremajaan teknologi produksi. 

HIMKI juga mendorong penguatan diplomasi ekonomi melalui kerja sama dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri untuk membuka akses pasar baru dan mengatasi hambatan perdagangan.  

Baca Juga: GPEI: Kemenangan Trump Bisa Jadi Peluang dan Tantangan bagi Ekspor Indonesia

Sobur menegaskan bahwa kerja sama antara HIMKI, pelaku industri, dan pemerintah sangat diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif dari kebijakan tarif impor AS. Dengan langkah-langkah ini, HIMKI optimistis daya saing produk mebel dan kerajinan Indonesia dapat tetap terjaga di pasar global, meskipun tantangan yang dihadapi cukup berat. 

Sobur menambahkan bahwa inilah saat yang tepat bagi pemerintah untuk memberikan perhatian lebih besar kepada sektor padat karya yang berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.

"Dengan kolaborasi antara HIMKI, pelaku industri, dan pemerintah, kami harapkan dampak negatif dari kenaikan tarif impor di AS dapat diminimalisir, serta daya saing produk mebel dan kerajinan Indonesia tetap terjaga di pasar global," ujarnya.

Lebih lanjut, kata dia, "Meskipun saat ini hal tersebut tentunya tidak mudah bagi kami sebagai industri padat karya, saatnya yang tepat pemerintah hadir lebih signifikan untuk pelaku industri yang berbasis ekspor," pungkasnya.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut kemenangan Donald Trump pada Pilpres AS, bakal memberikan dampak pada ekspor Indonesia lantaran AS merupakan mitra dagang utama.

Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BK Perdag) Fajarini Puntodewi menyampaikan dalam pemerintahan mendatang, Trump diperkirakan mengenakan tambahan tarif pajak 10-20 persen untuk semua barang yang masuk ke Amerika Serikat.

"Tentu, dengan adanya kebijakan ini, akan ada dampak, baik itu dengan perdagangan dengan Amerika maupun dengan China tentunya, di mana kedua negara ini merupakan mitra utama perdagangan Indonesia," ujarnya di Jakarta, Selasa.

Baca Juga: The Fed akan Menurunkan Suku Bunga pada Bulan Desember 2024

Selanjutnya: Terungkap! Volkswagen Akan Mulai Produksi Mobil Listrik di Indonesia pada 2026

Menarik Dibaca: 4 Rekomendasi Acne Spot Treatment Terbaik yang Ampuh Usir Jerawat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati