Hadapi kemarau panjang, pemerintah siapkan strategi ini antisipasi inflasi pangan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution hari ini, Rabu (10/7), menggelar rapat tingkat tinggi Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP). Bersama dengan kementerian dan lembaga terkait, rapat tersebut membahas antisipasi inflasi di tengah potensi musim kemarau panjang di paruh kedua tahun ini.

Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro, mengatakan, hasil evaluasi pemerintah terhadap tingkat inflasi di semester I-2019 relatif bagus. Per Juni lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Januari-Juni 2019 sebesar. 2,05%. Per Juni, inflasi secara bulanan mencapai 0,55% atau 3,28% secara tahunan.

“Tapi kita antisipasi adanya kemarau panjang. Kalau kemarau panjang kan larinya ke produksi pangan, padahal komponen inflasi kita kan yang paling besar dari bahan pangan bergejolak,” ujar Bambang.


Bambang mengatakan, musim kemarau panjang yang diprediksi akan di luar kebiasaan harus diantisipasi. Bahan pangan bergejolak yang terkait erat dengan kondisi cuaca utamanya.

Kepala BPS Suhariyanto menambahkan, komoditas yang paling diantisipasi untuk semester kedua antara lain cabai merah dan cabai rawit. Juni lalu, kelompok pengeluaran bahan pangan mengalami inflasi 1,63% mom. Kenaikan harga cabai merah memberi sumbangan inflasi sebesar 0,2%.

“Kalau kita lihat dari kemarin hanya itu saja, cabai merah cabai rawit. Pada dasarnya oke semua, kita hanya bicarakan antisipasi saja,” ujar Suhariyanto.

Sementara, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso memastikan cadangan beras hingga akhir tahun sudah aman. Dengan begitu, harga beras diharapkan tidak akan menjadi pemicu inflasi meski memasuki musim kemarau panjang.

“Sampai Desember sudah aman. Prediksinya ke depan kita masih punya 1 juta-1,5 juta ton sampai Desember, berarti ya masih aman,” tandas pria yang akrab disapa Buwas. 

Suhariyanto mengatakan, penurunan tiket pesawat berbiaya murah (low-cost carrier) yang akan berlaku mulai besok, 11 Juli, juga diharapkan berkontribusi terhadap pengendalian inflasi di semester kedua. Juni lalu, angkutan udara mencatat sumbangan deflasi 0,04% akibat tarif batas atas yang telah diturunkan, katanya.

Adapun, antisipasi yang dilakukan pemerintah, lanjut Suhariyanto, tak hanya terkonsentrasi pada sisi produksi tetapi juga jalur distribusi agar lebih merata dan efisien. “Juga penyiapan gudang untuk beberapa komoditas mudah busuk, hal-hal seperti itu yang perlu kita antisipasi dan kita siapkan lebih matang,” kata dia.

Sebelumnya, Menko Darmin mengatakan ada potensi tingkat inflasi melonjak hingga melebihi 4% hingga akhir tahun. Sebab, inflasi semester pertama cukup tinggi dan kondisi cuaca tidak mendukung sehingga akan mengganggu pasokan bahan pangan. Kendati begitu, BPS optimistis tingkat inflasi hingga akhir tahun masih dapat terjaga pada kisaran target pemerintah yaitu 2,5% - 4,5% secara tahunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli