KONTAN.CO.ID - BEIJING. Uni Eropa mengatakan, China setuju bekerja sama untuk mengatasi krisis pangan global, termasuk melalui ekspor pupuk. Setelah mengadakan pertemuan bilateral tentang perdagangan dan jasa keuangan. "Kami menyepakati kebutuhan untuk mencegah gangguan rantai pasokan dan membahas peningkatan transparansi dan pertukaran informasi tentang pasokan bahan baku kritis tertentu dan produk lainnya," kata Pejabat senior UE dan China dikutip dari
Bloomberg, Rabu (20/7). Pembicaraan ekonomi dan perdagangan terjadi karena UE berisiko mengalami resesi karena kekurangan pasokan impor energi dan komoditas lainnya.
Pertemuan KTT pada April lalu juga menandai titik terendah dalam hubungan bilateral karena kedua blok tersebut menganggap Beijing tidak menekan Rusia untuk mengakhiri invasi ke Ukraina.
Baca Juga: The Fed Kerek Suku Bunga, China dan Jepang Terus Kurangi Kepemilikan Surat Utang AS Komisaris Perdagangan Valdis Dombrovskis dan komisaris jasa keuangan Mairead McGuinness juga membahas dengan Wakil Perdana Menteri Liu He akan kekhawatiran Uni Eropa tentang keterbatasan pasokan serta politisasi di lingkungan bisni dalam ekonomi Asia. Pada sektor jasa keuangan, Uni Eropa mengatakan bahwa China berjanji untuk memastikan bahwa aturan di masa depan tidak akan membatasi operasi perusahaan leasing di wilayah Eropa. Kedua belah pihak sepakat untuk meningkatkan komunikasi dan koordinasi kebijakan ekonomi makro, menurut sebuah pernyataan di situs web pemerintah China. Mereka juga sepakat untuk menjaga stabilitas dalam rantai pasokan global, memajukan dan memfasilitasi perdagangan dan investasi bebas, dan mempromosikan persaingan yang adil dan perlindungan kekayaan intelektual. Untuk itu, isu tersebut turut dibawa oleh Brussel dalam pertemuan Organisasi Perdagangan Dunia. Salah satunya, terkait pembatasan China untuk impor produk Lithuania ke pasarnya. Vilnius menuduh Beijing memblokir barang-barangnya sebagai reaksi atas pembukaan perwakilan diplomatik di Taiwan di negara Baltik dengan nama "Taiwan" dan bukan "Cina Taipei" yang biasa.
Baca Juga: Kenaikan Biaya Menghambat Keuntungan Ather Hubungan antara UE dan mitra dagang terbesarnya mencapai titik tertinggi baru-baru ini pada akhir 2020 ketika kedua belah pihak menandatangani perjanjian investasi yang telah lama ditunggu-tunggu. Tetapi dengan cepat memburuk setelah UE memberi sanksi kepada pejabat China atas tuduhan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang. China menanggapi dengan menjatuhkan sanksi pada anggota parlemen Eropa, akademisi, dan lainnya, yang menyebabkan blok tersebut membekukan kesepakatan investasi.
Editor: Yudho Winarto