Hadapi pelemahan rupiah, Kalbe Farma jaga cadangan kas dollar AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang terjadi sejak Februari lalu memberatkan sejumlah emiten, termasuk PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Banyaknya impor bahan baku menyebabkan emiten farmasi ini harus mengatur strategi untuk menjaga beban tidak melonjak.

Direktur Utama KLBF Vidjongtius tidak menampik efek pelemahan rupiah terhadap dollar AS yang terjadi selama sebulan terakhir meningkatkan beban kurs perusahaan. Meski begitu, ia mengaku, perusahaan masih mampu menahan tingginya beban mata uang, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

"Kami masih bisa menetralisasi pelemahan rupiah, karena masih punya persediaan bahan baku yang cukup, setidaknya untuk tiga sampai empat bulan ke depan," ungkapnya di Jakarta, Rabu (7/3).


Lanjut Vidjongtius, kalaupun pelemahan kurs ini terus berlanjut untuk jangka waktu yang lebih lama, KLBF juga sudah menyiapkan rencana untuk mengatasi hal itu. Perusahaan tidak melakukan metode hedging atau lindung nilai, melainkan dengan cara mempertahankan cadangan kas dollar AS.

"Cadangan kas dollar AS saat ini berjumlah sekitar US$ 40 juta-US$ 50 juta. Jika rupiah masih terus melemah, kami akan berusaha untuk mempertahankan cadangan kas ini untuk menjaga keseimbangan neraca keuangan kami," papar Vidjongtius.

Sayangnya, langkah tersebut tidak bisa menahan peningkatan beban yang harus ditanggung oleh KLBF lantaran pelemahan rupiah. Oleh karena itu, ia berharap pelemahan ini segera membaik dalam waktu dekat. 

Menurut Vidjongtius, bagi perusahaan, nilai tukar yang ideal di level Rp 13.300 per dollar AS. Meski begitu, batas toleransi nilai tukar tertinggi berada di level Rp 13.750 per dollar AS. Asal tahu saja, mengutip Bloomberg, hari ini, nilai tukar rupiah di pasar spot di tutup di level Rp 13.760 per dollar AS.

Lanjut Vidjongtius, walaupun kenaikan harga jual produk bisa jadi salah satu alternatif untuk menekan kenaikan beban, hal tersebut akan menjadi alternatif terakhir yang diambil oleh KLBF. Pasalnya, daya beli konsumen saat ini masih cenderung melemah, yang dikhawatirkan berdampak negatif terhadap volume penjualan serta pangsa pasar produk Kalbe.

Ditambah lagi, perusahaan produsen obat ini tak bisa menaikkan harga obat generik lantaran sudah diatur oleh pemerintah. "Sehingga kami harus sangat hati-hati dalam mengambil langkah ini," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini