KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Chief Executive Facebook Mark Zuckerberg berulang kali mengucapkan permintaan maaf di hadapan parlemen Amerika Serikat di tengah panasnya kasus kebocoran data jutaan pengguna Facebook, dalam rapat dengar pendapat Selasa malam (10/4) di Capitol Hill. Dia pun berjanji, akan melakukan reformasi di perusahaan sosial media terbesar itu. Tapi, meski ini kali pertama hadir di parlemen, Washington Post menggambarkan, pria berusia 33 tahun ini tak kehilangan kendali menghadapi serbuan pertanyaan panas 42 senator. Hadir dengan jas berwarna gelap dan dasi, wajah Zuckerberg juga tetap tenan, sehingga memadamkan hawa krisis bukan hanya terhadap Facebook tapi seluruh Silicon Valley yang melakukan pengumpulan data untuk banyak bisnis. Facebook telah lama menghadapi dugaan melakukan penerobosan privasi. Puncaknya, perusahaan ini terpojok setelah konsultan Cambridge Analytica diketahui memperoleh informasi personal 87 juta pengguna Facebook dan perusahaan media sosial ini akhirnya gagal menahan kampanye agresif Rusia untuk memanipulasi pemilih Amerika di tahun 2016 lalu.
Hadir memakai jas dan dasi, Zuckerberg meminta maaf di hadapan parlemen AS
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Chief Executive Facebook Mark Zuckerberg berulang kali mengucapkan permintaan maaf di hadapan parlemen Amerika Serikat di tengah panasnya kasus kebocoran data jutaan pengguna Facebook, dalam rapat dengar pendapat Selasa malam (10/4) di Capitol Hill. Dia pun berjanji, akan melakukan reformasi di perusahaan sosial media terbesar itu. Tapi, meski ini kali pertama hadir di parlemen, Washington Post menggambarkan, pria berusia 33 tahun ini tak kehilangan kendali menghadapi serbuan pertanyaan panas 42 senator. Hadir dengan jas berwarna gelap dan dasi, wajah Zuckerberg juga tetap tenan, sehingga memadamkan hawa krisis bukan hanya terhadap Facebook tapi seluruh Silicon Valley yang melakukan pengumpulan data untuk banyak bisnis. Facebook telah lama menghadapi dugaan melakukan penerobosan privasi. Puncaknya, perusahaan ini terpojok setelah konsultan Cambridge Analytica diketahui memperoleh informasi personal 87 juta pengguna Facebook dan perusahaan media sosial ini akhirnya gagal menahan kampanye agresif Rusia untuk memanipulasi pemilih Amerika di tahun 2016 lalu.