KONTAN.CO.ID - Subregional Indonesia, Malaysia, dan Thailand memilik peran strategis di kawasan ASEAN. Ketiga negara tersebut membentuk kerangka kerja bersama yang dikenal sebagai Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang bertujuan untuk mengakselerasi kerja sama ekonomi dan integrasi antar negara bagian maupun provinsi di ketiga negara tersebut. Pada Pertemuan ke-8 IMT-GT yang diselenggarakan di Phuket, Thailand pada 15-16 September 2022, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita yang mewakili Pemerintah Republik Indonesia dan memimpin delegasi menyampaikan, kawasan subregional IMT-GT telah menghadapi tantangan yang siginifikan selama pandemi, namun masing-masing dapat bertahan dan kembali muncul lebih kuat. Namun demikian, pertumbuhan global berubah menurun dengan signifikan. Pasar negara maju saat ini menghadapi krisis energi dan tekanan inflasi. Selain itu, ada konflik Rusia-Ukraina yang berdampak terhadap energi dan harga pangan, serta kondisi cuaca ekstrem. “Saat ini, dunia sedang berada di tengah ‘Badai yang Sempurna’, di antara 5C, yaitu COVID-19, climate change (perubahan iklim), conflict (konflik), commodity shortage (pengurangan komoditas), serta cost of living shock (guncangan biaya hidup),” ujar Menperin di Phuket, Thailand (16/9).
Hadiri Pertemuan ke-8 IMT-GT,Menperin Fokus Kerja Sama Subregional guna Ekonomi Pulih
KONTAN.CO.ID - Subregional Indonesia, Malaysia, dan Thailand memilik peran strategis di kawasan ASEAN. Ketiga negara tersebut membentuk kerangka kerja bersama yang dikenal sebagai Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang bertujuan untuk mengakselerasi kerja sama ekonomi dan integrasi antar negara bagian maupun provinsi di ketiga negara tersebut. Pada Pertemuan ke-8 IMT-GT yang diselenggarakan di Phuket, Thailand pada 15-16 September 2022, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita yang mewakili Pemerintah Republik Indonesia dan memimpin delegasi menyampaikan, kawasan subregional IMT-GT telah menghadapi tantangan yang siginifikan selama pandemi, namun masing-masing dapat bertahan dan kembali muncul lebih kuat. Namun demikian, pertumbuhan global berubah menurun dengan signifikan. Pasar negara maju saat ini menghadapi krisis energi dan tekanan inflasi. Selain itu, ada konflik Rusia-Ukraina yang berdampak terhadap energi dan harga pangan, serta kondisi cuaca ekstrem. “Saat ini, dunia sedang berada di tengah ‘Badai yang Sempurna’, di antara 5C, yaitu COVID-19, climate change (perubahan iklim), conflict (konflik), commodity shortage (pengurangan komoditas), serta cost of living shock (guncangan biaya hidup),” ujar Menperin di Phuket, Thailand (16/9).