Halo, saham TLKM masih oke?



JAKARTA. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) meraih kinerja positif pada tahun lalu. Sepanjang 2016, pendapatan TLKM tumbuh 14% year-on-year (yoy) menjadi Rp 116,33 triliun. Adapun laba bersihnya menanjak 25% (yoy) menjadi Rp 19,35 triliun.

Investor di bursa saham Indonesia merespons positif kinerja TLKM. Dalam sebulan terakhir, harga saham TLKM menanjak 2,33% jadi Rp 3.960 per saham, pada Kamis (9/3).

Analis Mandiri Sekuritas Ariyanto Kurniawan menilai kinerja TLKM pada tahun lalu sesuai ekspektasi. Pendapatan perusahaan ini terdorong bisnis layanan data.


Pada 2016, pendapatan data, internet dan jasa teknologi informatika meningkat 21% (yoy) jadi Rp 58,9 triliun. Adapun pendapatan telepon hanya naik 2,2% (yoy) menjadi Rp 46,03 triliun. "Pendapatan data tumbuh paling drastis," kata Ariyanto, dalam risetnya, Rabu (8/3).

TLKM dinilai bisa menjaga pendapatan voice cellular yang tumbuh 3% tahun lalu, di tengah migrasi pengguna telepon dan SMS ke layanan data internet. Ariyanto mencatat, pengguna perangkat 2G Telkomsel masih banyak, khususnya di Luar Jawa.

TLKM berhasil menambah pengguna Telkomsel sebesar 34% menjadi 82,6 juta pada 2016. Saat ini, TLKM sudah memiliki 129.000 base transceiver station (BTS). Angka ini meningkat 25% dibandingkan posisi 2015.

Analis Bahana Securities Leonardo Henry Gavaza mengatakan, tahun ini kinerja TLKM masih bisa tumbuh sejalan dengan penetrasi smart phone. Dia memprediksi pendapatan TLKM sepanjang 2017 tumbuh 11% (yoy) menjadi Rp 128,94 triliun. "Migrasi ke data akan mengerek pendapatan TLKM," kata dia.

Namun, Leonardo menilai, perang tarif antar sesama operator berpotensi menurunkan porsi pendapatan segmen data. Sehingga, margin EBITDA TLKM di tahun ini akan turun sedikit menjadi 51% dari tahun lalu sebesar 51,1%.

Tarif TLKM

Analis Indo Premier Securities Chandra Pasaribu melihat, belanja modal TLKM tahun ini lebih besar dialokasikan bagi Telkomsel. Hal ini akan makin meningkatkan tarif Telkomsel di level premium. Dia mencatat, harga kuota data Telkomsel saat ini sebesar Rp 29 per megabyte.

Sementara pesaingnya seperti PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) masing-masing masih di level Rp 25 per megabyte dan Rp 14 per megabyte. "Tarif naik tidak masalah, karena imbasnya kualitas jaringan juga meningkat, khususnya di daerah pinggiran," ungkap Chandra.

Belum lagi, pengguna Telkomsel masih menjadi yang paling besar dan loyal. Jadi Chandra memprediksi rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) Telkomsel mencapai Rp 45.000 pada Desember 2017. Angka ini lebih tinggi 30%-50% dari pesaingnya.

Selain itu, Chandra melihat cash flow TLKM tahun ini masih sehat untuk membayar dividen. Manajemen juga berkomitmen membayarkan dividen mencapai 60% dari keuntungan, kecuali ada ekspansi non organik tahun ini.

Chandra merekomendasikan buy TLKM dengan target Rp 5.120 per saham. Leonardo juga tetap merekomendasikan buy TLKM dengan target harga Rp 5.000 per saham.

Ariyanto juga menilai yield dividen TLKM menarik, yakni mencapai 3,7%. Dia pun memberi rekomendasi buy saham TLKM dengan target harga sebesar Rp 4.700 per saham. Harga saham TLKM kemarin ditutup menanjak 2,06% menjadi Rp 3.960 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie