MOMSMONEY.ID - Menjelang peristiwa
halving atau pengurangan setengah
reward penambang Bitcoin, yang diperkirakan pada 20 April 2024, harga Bitcoin terpantau turun pada Jumat pagi. Mengutip data coinmarketcap.com, Jumat (19/4) pukul 10.52 WIB, harga BTC diperdagangkan di level US$ 60.224, turun 1,21% dalam 24 jam terakhir. Aset kripto terbesar di dunia ini telah anjlok lebih dari 13% dalam tujuh hari terakhir dan lebih dari 7% dalam sebulan terakhir.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menilai penurunan harga Bitcoin terjadi bukan tanpa sebab. Beberapa faktor memengaruhi, terutama meningkatnya ketegangan konflik Iran-Israel dan keyakinan The Fed yang tidak mungkin menurunkan suku bunga terburu-buru pada tahun ini. Selain itu, investor di pasar kripto tengah menantikan
halving. Secara tren,
halving ini akan meningkatkan harga, namun dengan harga Bitcoin yang baru-baru ini mencapai titik tertinggi dalam sejarah, keraguan muncul. "
Halving diperkirakan akan meningkatkan harga BTC dalam jangka panjang, tapi, jelang momentum itu, Bitcoin akan semakin berfluktuasi dan kemungkinan terus menurun," kata Fyqieh dalam siaran pers, Kamis (18/4). Melansir bitbo.io, peristiwa
halving Bitcoin diperkirakan akan terjadi dalam waktu lebih kurang 21 jam ke depan. Bagaimana potensi harga raja aset kripto ini ke depan? Secara tren, jika sejarah
halving terulang lagi, harga BTC mungkin menurun, sebelum mendapatkan momentum
bull run. Raja aset kripto perlahan-lahan beralih dari fase “
pre-halving rally” ke fase “
pre-halving retrace” yang cenderung terjadi 28 hari hingga 14 hari sebelum peristiwa
halving. Fase ini mengakibatkan penurunan harga masing-masing sebesar 38% dan 20% pada
halving 2016 dan 2020 silam. Sejarah Bitcoin menunjukkan penurunan besar-besaran sebelum berkurang separuhnya, yang diikuti reli besar-besaran.
Baca Juga: Mendekati Halving, Harga Bitcoin Solid di Atas US$ 70.000 Jika memang ingin akumulasi aset seperti Bitcoin, saran Fyqieh, investor mungkin bisa mulai dengan strategi beli bertahap atau
dollar cost averaging (DCA) untuk mengurangi volatilitas di masa dekat dekat ini. Mengadopsi strategi DCA dapat membantu investor membeli BTC secara konsisten dan mengurangi risiko harga yang terlalu tinggi atau rendah. "Investor juga dapat memperhatikan tren historis dan analisis teknis untuk menentukan titik masuk dan keluar yang tepat," ujar dia. Meskipun harga BTC mungkin akan terkoreksi lagi, namun, dalam jangka panjang tampak
bullish. Khususnya, setelah fase
pre-halving retrace, BTC akan memasuki fase akumulasi ulang. Fase akumulasi mungkin akan berlangsung selama hampir lima bulan. Rentang akumulasi ulang ini yang dapat meningkatkan harga Bitcoin mencapai
all time high (ATH) anyar. Menurut Fyqieh, mungkin banyak investor yang terguncang pada tahap ini karena kebosanan, ketidaksabaran, dan kekecewaan terhadap kurangnya hasil besar dalam investasi BTC setelah halving. Namun, setelah Bitcoin keluar dari area akumulasi ulang, terobosan ke tren naik. Selama fase inilah Bitcoin mengalami percepatan pertumbuhan menuju titik tertinggi baru sepanjang masa.
Analisis harga historis
Fyqieh mencatat, reli yang berkepanjangan selalu terjadi setelah peristiwa
halving, yang berlangsung selama 6 bulan-18 bulan. Pergerakan harga pada
halving sebelumnya mendukung pandangan ini. Di mana Bitcoin naik rata-rata 61% dalam enam bulan menjelang
halving tahun 2020 silam, dan naik rata-rata 348% dalam enam bulan setelah
halving. Adanya ETF BTC spot kemungkinan dapat mempercepat tren kenaikan harga BTC dan menciptakan kondisi pasar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebab, ETF BTC akan terus membeli lebih banyak Bitcoin, sehingga membebani pasokan.
Baca Juga: Harga Bitcoin Jeblok ke US$ 63.000, Terimbas Aksi Ambil Untung BTC memiliki dukungan kuat di dekat angka US$ 60.000. Harga Bitcoin mungkin akan
rebound setelah menyentuh level tersebut. Namun, prediksi Fyqieh, jika gagal menguji
support tersebut dan berada di bawahnya, maka kemungkinan BTC mencapai US$ 58.000. Namun, pada sisi positifnya, jika harga BTC naik, maka akan menemukan resistensi di level US$ 73.662 dan US$ 77.080, yang mungkin menghambat harga untuk naik lebih lanjut. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini