KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah Lippo sibuk bergelut dengan proyek Meikarta di timur Jakarta bersama segala carut marutnya, kini Benny Tjokrosaputro lewat PT Hanson International Tbk (MYRX) ingin mengembangkan kota baru bertajuk Grand Jakarta di selatan ibukota dengan luas 15.000 hektare (ha). Grand Jakarta ini nantinya akan membentang dari Serpong, Parung Panjang, hingga ke Maja. Seluruh lahan yang sudah dimiliki Hanson lewat anak-anak usahanya akan dimasukkan menjadi bagian dari kota seperti Millenium City, Forest Hill, sampai Citra Raya Maja.
Menurut Benny, Grand Jakarta akan menjadi pengembangan skala kota terbesar di Indonesia nantinya. Luasnya, akan tiga kali lipat dari kawasan BSD atau dua kali lipat dari kota Bandung. Mimpi Benny, nantinya akan dibangun 1,5 juta rumah di kota tersebut. Sementara ekonomi yang akan menunjang Grand Jakarta ini akan difokuskan dari pendidikan dan industri hiburan. Hanson akan mengajak 10 universitas besar masuk membuka cabang disana dan akan mengembangkan wahana hiburan yang akan menjadi tujuan masyarakat di Jakarta. "Kami tidak akan latah ikut-ikutan dengan pengembang lain masuk ke industri. Pendidikan dan hiburan sudah cukup menjadi penunjang ekonomi disana," kata Benny di Jakarta, Jumat (10/8). Untuk mewujudkan rencana besar itu, Hanson berencana melakukan
right issue tahun depan. Tidak tanggung-tanggung, perusahaan yang memang rajin melakukan aksi korporasi ini menargetkan dana Rp 15 triliun- Rp 20 triliun dari right issue tersebut. Benny bilang, pihaknya sudah menyurati Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait rencananya itu. Dana hasil
right issue tersebut akan digunakan seluruhnya untuk melakukan pembebasan lahan. Sebab dalam aturan, dalam mengakuisisi lahan hanya boleh dilakukan dengan kas internal dan tidak bisa menggunakan pinjaman. Benny mengklaim Hanson lewat anak-anak usahanya baru menguasai sekitar 4.000 ha lahan di wilayah Serpong hingga Maja saat ini. Itu artinya, perusahaan masih harus mencaplok 11.000 ha lagi lahan di kawasan itu untuk mewujudkan mimpinya tersebut. Padahal saat ini, wilayah Serpong, Parung Panjang, Tigaraksa dan Maja sudah banyak dikuasai pengembang dan akan sulit buat Hanson untuk bisa mengakuisisi lahan seluas itu. Namun, Benny mengatakan, mereka punya banyak strategi untuk menyiasati itu. Perusahaan bisa menjalin kerjasama dengan pengembang yang ada atau membeli lahan dari para pengembang itu. "Kalau tidak mau kerjasama dan tidak mau jual, kami lewati saja. Nanti ada jalan tol, dana kereta api yang menjadi akses. Perkara orang ikut di tengah-tengah ya sudahlah. Biarkan saja orang lain ikut kebagian rezeki dari kita," kata Benny. Di Maja dan sekitarnya, Benny mengaku sedang menjajaki kerjasama dengan beberapa developer lain yang sudah menguasai lahan disana seperti Intiland dan Agung Podomoro. Mereka juga berencana mengajak kerjasama Perumnas yang sudah memiliki lahan. Sedangkan di kawasan Parung Panjang, Hanson akan menjalin kerjasama dengan pemilik lahan yaitu Kalbe Farma. Untuk membebaskan tanah-tanah dari masyarakat, Hanson juga sudah menyiapkan strategi. Benny mengakui, dalam membebaskan lahan dalam jumlah besar pasti akan dihadapkan dengan kendala dengan adanya spekulan atau warga yang dinilai keras kepala. "Kita pasti ada tekniknya. Ujung-ujungnya kan duit. Mereka itu hanya cari untung." ujarnya. Jika aksi korporasi itu berjalan lancar, Hanson menargetkan akan melakukan pembebasan lahan 11.000 ha lagi dalam dua sampai tiga tahun ke depan. Sementara untuk membangun Grand Jakarta itu nantinya, Hanson akan mengajak 10 pengembang besar dunia masuk kesana. Benny mengatakan, saat ini mereka sudah mulai mempersiapkan rencana
right issue dengan mengundang investor strategis untuk masuk menjadi
standby buyer alias pembeli siaga. Sebab untuk mencari dana dengan jumlah jumbo, Hanson tidak bisa bergantung pada investor publik. Menurut Benny, mereka saat ini sedang melakukan pendekatan dengan sejumlah investor dari beberapa negara seperti Korea, Cina, Hongkong dan Thailand untuk masuk menyerap right issue emiten berkode MYRX tersebut. Hanson menargetkan harga right issue itu bisa di atas Rp 250 per saham. "Kami harapkan harganya bisa di atas harga pasar karena nett asset value masih sangat bagus. Misalnya kami injek lahan ke Forest Hill itu Rp 350.000 per m2 tapi sekarang kita jual Rp 5 juta per m2 ke Tan Kian." kata Benny.
Saat ini, Hanson tercatat telah mengembangkan tiga proyek di selatan Jakarta. Di wilayah Maja, Hanson telah mengembangkan proyek bertajuk Citra Raya Maja berkongsi dengan Ciputra Group sejak 2014. Sementara di wilayah Parung Panjang, mereka mengembangkan dua proyek bertajuk Forest Hill dan Milleium City. Forest Hill dikembangkan sendiri oleh perseroan. Sementara Millenium City adalah proyek anyar Hanson Internasional yang yang diluncurkan pada April 2018 lalu dikembangkan bersama partner juga.Saat peluncuran, Millenium City disebut dikembangkan oleh Hanson International bersama dengan Century Properties Group yakni perusahaan milik konglomerat Tan Kian. Namun, beredar kabar bahwa pemegang saham proyek dengan rencana pengembangan seluas 1.388 hekatere (ha) tersebut lebih dari dua. Selain Hanson melalui PT Mandiri Mega Raya dan Century Properties Group, disebut ada tiga lagi pemegang saham Millenium City yaitu Soetikno Soedarjo (MRA Group), Ganda Sitorus dan Martua Sitorus (Gamaland Group), dan Glenn Sugita (Northstar Group). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Agung Jatmiko