KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 yang memaksa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah menekan bisnis multifinance yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hingga saat ini, 16 emiten multifinance telah merilis laporan kinerja sepanjang paruh pertama 2020. Penurunan laba seiring dengan sepinya permintaan pembiayaan di paruh pertama 2020. Otoritas Jasa keuangan (OJK) mencatat, pertumbuhan piutang pembiayaan dalam tren melambat sebesar 7,3% yoy. Selain itu, multifinace juga harus melakukan restrukturisasi pembiayaan. Sehingga pendapatan pun tertekan. OJK mencatatkan tercatat pengajuan restrukturisasi sebanyak 4,41 juta kontrak dengan total
outstanding mencapai Rp 172,7 triliun hingga Juni 2020.
Berdasarkan laporan keuanganya, hanya terdapat dua emiten multifinance yang mengalami pertumbuhan laba bersih di semester I 2020. Yakni, PT Danasupra Erapacific Tbk (
DEFI) mencatatkan laba bersih tumbuh 276,69% yoy dari Rp 133 juta menjadi Rp 501 juta di semester I 2020. Lalu PT Fuji Finance Indonesia Tbk (
FUJI) membukukan pertumbuhan laba 2,7% yoy dari Rp 3,14 miliar menjadi Rp 3,22 miliar.
Baca Juga: Kredit macet multifinance tembus 5,1% per Juni 2020 Adapun lima emiten lainnya mebukukan rugi bersih yakni PT Radana Bhaskara Finance Tbk (
HDFA) yang merugi Rp 39,1 miliar. Lalu PT Intan Baruprana Finance Tbk (
IBFN) merugi Rp 24,42 miliar pada kuartal kedua 2020. Ada juga PT Indomobil Multi Jasa Tbk (
IMJS) yang mengalami kerugian Rp 31,26 miliar. PT Pool Advista Finance Tbk (
POLA) juga mencatatkan rugi Rp 2,92 miliar. Sedangkan PT Verena Multi Finance Tbk (
VRNA) merugi Rp 1,16 miliar pada semester pertama 2020. Sedangkan sembilan entitas lainnya mengalami penurunan laba. PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (
ADMF) misalnya membukukan penurunan laba 37,08% yoy dari Rp 948,93 miliar menjadi Rp 597,04 miliar di paruh pertama 2020. Presiden Direktur Adira Finance Hafid Hadeli menyatakan, penurunan laba merupakan dampak dari pandemi Covid-19. Lantaran Covid-19 mengharuskan pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar. Selain itu, perusahaan pembiayaan harus melakukan restrukturisasi pembiayaan bagi nasabah terdampak. Kata Hafid, pandemi sangat memberikan dampak bagi nasabah dari semgen informal yang digarap perusahaan pembiayaan. “Adira membukukan pendapatan bunga Rp 5,8 triliun sedikit turun sebesar 1% yoy dan beban bunga turun 2% yoy menjadi Rp 2,3 triliun pada semester I-2020. Pendapatan bunga bersih relatif flat menjadi Rp 3,6 triliun, menghasilkan margin bunga bersih sebesar 13,5%,” ujar Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila pada video conference pada Selasa (4/8).
Beban operasional Adira tercatat tumbuh tipis sebesar 1% yoy menjadi Rp 3,9 triliun di semester I-2020. Biaya kredit meningkat sebesar 22% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Juga ada biaya kerugian atas restrukturisasi sebesar Rp 298 miliar juga menjadi tekanan bagi laba perusahaan. Hingga Juni 2020, rasio ROA dan ROE Adira Finance masing-masing tercatat sebesar 3,5% dan 16,0%. Adira pun merevisi target pembiayaan baru yang awalnya tumbuh 4% hingga 7%. Melihat kondisi yang ada, direksi Adira menargetkan pembiayaan baru mencapai Rp 19 triliun hingga Rp 21 triliun. Nilai itu menurun 45% hingga 50% dibanding pencapaian 2019.
Baca Juga: Hingga 28 Juli, restrukturisasi kredit multifinance tembus Rp 151,01 triliun Editor: Khomarul Hidayat