JAKARTA. Meski Eropa belum bersedia mengakui sertifikasi minyak kelapa sawit lestari atau Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), eksportir minyak sawit atau crude palm oil (CPO) Indonesia tak gentar. Sebab, pasar andalan CPO Indonesia bukan Eropa, tapi China dan India. Joko Supriyono, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengatakan, hanya negara Eropa yang masih menuntut pemakaian sertifikasi Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO), sementara pasar lain tidak. "Jadi kalau Indonesia menggunakan RSPO, itu hanya untuk kepentingan pasar Eropa saja," kata Joko kemarin. Menurut Joko, yang lebih penting adalah Indonesia memiliki standarisasi perkebunan sawit sendiri yang diakui oleh pasar global. Sekadar menyegarkan ingatan, September lalu, Gapki memutuskan keluar dari RSPO. Bukan untuk memboikot, GAPI mendukung ISPO, yakni standar kelapa sawit berkelanjutan yang menggunakan peraturan Indonesia.
Hanya Eropa yang menuntut RSPO
JAKARTA. Meski Eropa belum bersedia mengakui sertifikasi minyak kelapa sawit lestari atau Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), eksportir minyak sawit atau crude palm oil (CPO) Indonesia tak gentar. Sebab, pasar andalan CPO Indonesia bukan Eropa, tapi China dan India. Joko Supriyono, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengatakan, hanya negara Eropa yang masih menuntut pemakaian sertifikasi Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO), sementara pasar lain tidak. "Jadi kalau Indonesia menggunakan RSPO, itu hanya untuk kepentingan pasar Eropa saja," kata Joko kemarin. Menurut Joko, yang lebih penting adalah Indonesia memiliki standarisasi perkebunan sawit sendiri yang diakui oleh pasar global. Sekadar menyegarkan ingatan, September lalu, Gapki memutuskan keluar dari RSPO. Bukan untuk memboikot, GAPI mendukung ISPO, yakni standar kelapa sawit berkelanjutan yang menggunakan peraturan Indonesia.