Harga minyak mentah naik menyambut pertemuan OPEC hari ini



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak naik lebih dari 1% pada awal perdagangan Asia pada hari Jumat (22/6), didorong oleh ketidakpastian mengenai apakah OPEC akan berhasil menyetujui peningkatan produksi pada pertemuan di Wina di kemudian hari.

Minyak mentah Brent berjangka, patokan internasional untuk harga minyak, berada di US$ 74,07 per barel pada pukul 00.34 GMT (7.30 WIB) naik 1,4% dari penutupan terakhir mereka.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) berada di US$ 66,45 per barel, naik 90 sen, atau 1,4%.


Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), kartel produser yang dipimpin oleh eksportir utama Arab Saudi, bertemu bersama dengan beberapa anggota non-OPEC termasuk produsen utama Rusia di kantor pusatnya di ibukota Austria untuk membahas kebijakan produksi.

Grup produsen minyak bumi ini mulai menahan pasokan pada tahun 2017 untuk menopang harga.

Di tengah permintaan yang kuat, pasar sejak itu mengetat secara signifikan, mendorong harga minyak mentah dan memicu permintaan oleh konsumen untuk meningkatkan pasokan.

Arab Saudi dan Rusia mendukung peningkatan produksi. Anggota OPEC lainnya, termasuk Iran, telah menentang ini, sehingga menghasilkan kebingungan diplomasi menjelang pertemuan yang dimulai pada hari Jumat ini.

"Keputusan yang sebenarnya oleh OPEC dan mitra-mitranya -mungkin tidak benar-benar menjadi nyata sampai hari Sabtu- adalah salah satu yang ditunggu para pedagang besar," kata Greg McKenna, kepala strategi pasar di broker berjangka AxiTrader.

Ketidakpastian besar lain di pasar adalah potensi tarif China atas impor minyak mentah AS yang dapat diterapkan Beijing dalam perselisihan perdagangan yang meningkat antara Amerika Serikat di satu sisi dan Cina, Uni Eropa dan India di sisi lain.

Jika bea masuk 25% atas impor minyak mentah AS diterapkan oleh Beijing, minyak Amerika akan menjadi tidak kompetitif di Tiongkok, memaksanya untuk mencari pembeli di tempat lain.

"Jika permintaan impor China mengering, lebih dari 300.000 barel per hari minyak mentah AS akan harus mencari tujuan baru," kata konsultan energi FGE.

Editor: Hasbi Maulana