Hanya Sepekan, Harga Batubara telah Melambung 6,09%



JAKARTA. Musim dingin di pengujung tahun ini mengakibatkan harga batubara semakin memanas. Buktinya, berdasarkan data Global Coal Newcoal Index di Pelabuhan Newcastle Australia, Jumat lalu (25/12), harga batubara telah menanjak 6,09% ketimbang sepekan lalu, menjadi US$ 86 per ton. Kenaikan harga batubara ini berhubungan erat dengan peningkatan kebutuhan batubara di pasar dunia. Apalagi, persedian batubara pada beberapa pembangkit listrik di China semakin menipis akibat musim dingin.Bahkan, stok batubara di Negeri Panda itu hanya cukup untuk empat-17 hari. "Prediksi yang mengatakan musim dingin hebat baru terjadi pada bulan depan ternyata meleset," jelas Ibrahim, Analis Askap Futures, kepada KONTAN, kemarin.Musim dingin memang sudah datang sejak awal bulan ini. Akibatnya, stok batubara di China bagian timur makin menipis. Celakanya, produksi batubara di negara itu tidak mampu memenuhi permintaan yang ada. "Musim dingin mengakibatkan China tidak bisa lagi menambang. Mereka harus impor dari Australia dan negara lain," katanya. Jadi, wajar saja jika kabar ini menyulut harga batubara. Ibrahim mengatakan, permintaan China terhadap komoditas batubara paling besar dibandingkan negara lainnya. "Hampir 80% pembangkit listrik di China menggunakan batubara," imbuhnya. Tak hanya itu, Ibrahim mengatakan, kenaikan harga batubara tak lepas dari aksi window dressing yang dilakukan para investor. "Mereka yang mempunyai portofolio di batubara berusaha mempercantiknya," ujar dia. Kepala Riset Monex Investindo Futures, Radityo Setyo Wibowo menambahkan, peningkatan harga batubara ini seiring naiknya harga komoditas lain. Apalagi, batubara menjadi salah satu komoditas yang digunakan untuk menggantikan minyak bumi. "Beberapa harga pengganti minyak seperti minyak kelapa sawit juga naik," katanya. Di tahun 2010, para analis meramal, harga batubara akan terus meningkat. "Paling tidak hingga kuartal pertama 2010," kata Ibrahim. Stimulus perekonomian yang diberikan beberapa negara besar mengakibatkan permintaan terhadap barang komoditas, termasuk batubara, semakin tinggi.Radityo juga berpandangan bahwa kenaikan harga batubara sesuai kondisi perekonomian dunia. "Harga batubara akan selalu mengikuti harga minyak," katanya. Dia meramal, harga batubara akan bergerak di kisaran US$ 70 hingga US$ 90 per ton selama enam bulan ke depan. "Tapi, kondisi akan berubah jika pemulihan resesi berbalik arah," katanya. Sementara, Ibrahim memprediksi, harga batubara bakal terus menguat di kisaran US$ 90-US$ 100 per ton pada kuartal pertama 2010. Selanjutnya, jika stimulus ekonomi terus berlanjut, harga batubara masih akan berpeluang terus menguat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Test Test