KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah bersih-bersih aset buruk kian gencar dilakukan perbankan untuk mempercantik kualitas asetnya. Alhasil, tergerusnya rasio pencadangan pun tak terelakkan. Hal tersebut tercermin dari nilai biaya hapus buku (write off) yang dicatatkan beberapa bank yang memang naik dalam tiga bulan terakhir hingga September 2023. Itu sejalan dengan menurunnya rasio non performing loan (NPL) coverage dari tiap bank, meski terbilang cukup tinggi. Ambil contoh, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang hingga September 2023 tercatat melakukan hapus buku senilai Rp 25,2 triliun. Angka tersebut naik Rp 7,5 triliun dari posisi separuh pertama tahun ini.
Nilai tersebut juga sudah melebihi nilai hapus buku yang dilakukan BRI sepanjang tahun 2022. Pada tahun lalu, hapus buku BRI hanya sekitar Rp 22,4 triliun. Kondisi tersebut pun sejalan dengan NPL coverage BRI yang kini menyusut menjadi 228,65%. Pada akhir tahun lalu, NPL coverage bank yang fokus di segmen UMKM ini mencapai 305,73%, termasuk tertinggi dalam lima tahun terakhir. “Memang digunakan untuk menghapus kredit-kredit UMKM yang macet dan gagal diresolusi karena Covid-19.,” ujar Direktur Utama BRI Sunarso, belum lama ini.
Baca Juga: Wacana Hapus Kredit Macet UMKM, OJK: Masih Terus Dilakukan Pembahasan Sunarso menegaskan langkah BRI dengan menyiapkan pencadangan yang tebal tersebut berguna untuk menjaga risiko kredit yang ada saat ini. Ia menilai saat ini pencadangan yang dimiliki BRI masih mampu menjaga kualitas kredit. “Ketika kita punya margin yang tebal, maka kita tidak foya-foya untuk diambil sebagai laba semuanya, tetapi kita cadangkan untuk menutup apabila kredit kita mengalami pemburukan,” ujarnya. Sementara itu, Direktur Risiko PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Setiyo Wibowo mengakui angka hapus buku yang dilakukan BTN lebih tinggi dari tahun lalu. Per September 2023, BTN telah melakukan hapus buku sekitar Rp 2,7 triliun terhadap debitur yang sudah tidak ada prospek dan perkiraan recoverynya kecil. Meski demikian, Setiyo tak mengungkapkan secara detil berapa peningkatan nilai hapus buku secara tahunan. Tetapi, pada separuh pertama tahun ini, BTN telah melakukan hapus buku sekitar Rp 2 triliun. “Nilai write off akan meningkat satu hingga dua tahun setelah angka NPL tinggi,” ujar Setiyo, Sabtu (28/10). Setelahnya, Setiyo memproyeksikan angka hapus buku akan kembali turun. Itu sejalan juga dengan NPL Coverage yang akan terus ditinggkatkan di level 150% hingga 170% untuk terus memperbaiki kualitas kredit dengan target akhir tahun di perkirakan di angka 3.2% hingga 3.4%. “Dampak write off ke profitabilitas akan minimum karena sudah dicadangkan penuh atas credit losses nya,” ujar Setiyo.
Baca Juga: Perbankan Rajin Lakukan Hapus Buku, Demi Perbaiki Kualitas Kredit Tak hanya dilakukan bank pelat merah, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga kian rajin melakukan hapus buku dalam tiga bulan terakhir menjadi Rp 1,5 triliun. Padahal, pada separuh pertama tahun ini, angka hapus bukunya baru sekitar Rp 640 miliar. Itu juga sejalan dengan nilai pencadangan BCA yang juga ikut tergerus pada periode ini. Rasio NPL coverage BCA sebesar 226,9% pada September 2023, itu turun dari periode sama tahun lalu yang ada di level 247,9% “Penghapusbukuan kredit senantiasa dilakukan sesuai dengan kriteria, sistem, dan prosedur perbankan yang berlaku,” ujar
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat