Hapus Buku Kredit Bank Meningkat di 2021, Bagaimana Prospek Tahun Ini?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah hapus buku atawa write off kredit sejumlah bank meningkat tahun 2021. Ini menunjukkan bahwa tantangan perbankan masih besar dari sisi kualitas aset. Namun, pemulihan atau recovery dari hapus buku aset juga meningkat sejalan dengan ekonomi yang mulai pulih. 

Tahun ini, beberapa bank memperkirakan pendapatan dari pemulihan aset akan semakin meningkat. Bank menyiapkan beragam strategi untuk memacu pemulihan aset.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mencatatkan hapus buku sebesar Rp 12,9 triliun hingga akhir 2021. Berdasarkan materi paparan kinerja keuangan BRI 2021, write off meningkat 34,3% dari tahun sebelumnya yang tercatat Rp 9,65 triliun. 


Adapun yang berhasil dipulihkan BRI dan menjadi pendapatan naik 27% dari Rp 3,6 triliun  ke Rp 4,6 triliun. Artinya rasio recovery BRI terhadap hapus buku kredit naik dari 36,3% tahun 2020 menjadi 38,2%. 

Baca Juga: BTN dan BRI gencarkan recovery aset lewat mekanisme lelang

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatatkan hapus buku turun 33% dari Rp 9,7 triliun jadi Rp 9,5 triliun. Jumlah aset yang berhasil dipulihkan meningkat 58% dari Rp 1,9 triliun tahun 2020 jadi Rp 3,1 triliun. 

Hapus buku ini terbesar BNI berasal dari kredit korporasi yakni sebesar Rp 3,51 triliun, segmen menengah Rp 2,27 triliun, segmen kecil Rp 2 triliun dan segmen konsumer Rp 1,7 triliun. Sedangkan kredit bermasalah atau NPL BNI secara bank only tahun lalu mencapai Rp 21,51 triliun atau 3,7% dari total kredit BNI. 

Bank Mandiri mencatatkan kenaikan hapus buku kredit dari Rp 9,6 triliun menjadi Rp 12,8 triliun. Namun, cash recovery yang berhasil dibukukan tahun lalu juga meningkat dari Rp 3,6 triliun jadi Rp 4,7 triliun.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menorehkan hapus buku naik dari Rp 3,1 triliun  menjadi Rp 3,8 triliun dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mencatat penurunan dari Rp 2,95 triliun jadi Rp 2,26 triliun. 

Baca Juga: Lakukan perbaikan proses bisnis, BNI tekan NPL ke level 3,8% per September 2021

Elisabeth Novie Riswanti, Direktur Remedial & Wholesale Risk Bank BTN mengatakan, pihaknya membukukan pemulihan dari kredit yang telah dihapus buku lebih dari Rp 314 miliar tahun lalu atau naik sekitar 53% dari tahun sebelumnya. 

"Penjualan aset NPL dan kredit yang dihapus buku menjadi salah satu inisiatif corporate plan tahun 2021 sehingga mendorong recovery. Beberapa inisiatif utama corporate plan dalam penjualan aset yang sudah dihapus buku diantaranya mengadakan Lelang Expo, Aset Sales Festival baik di level Kantor Cabang maupun yang dilakukan secara nasional," kata Novie pada Kontan.co.id, Jumat (11/2).

Selain itu, BTN juga memperluas cakupan informasi mengenai rumah-rumah yang akan dilelang melalui portal Rumah Murah BTN, sehingga meningkatkan penjualan aset NPL melalui lelang. Tahun ini, BTN menargetkan recovery bisa mencapai Rp 400 miliar atau naik 27% dari 2021.

Strategi yang akan dilakukan masih sama dengan tahun lalu.  Sedangkan hapus buku diproyeksikan akan lebih rendah tahun ini. 

Novie bilang, BTN akan menjaga NPL gross di kisaran 3,4% tahun ini dan disertai dengan peningkatan pencadangan. Sebagai gambaran, coverage tahun 2021 sebesar 141.82% meningkat jika dibandingkan tahun 2020 yang sebesar 115.02%.

Baca Juga: Transaksi uang elektronik perbankan melonjak di tengah pandemi

Sedangkan BRI memperkirakan hapus buku tahun 2022 tidak akan relatif berbeda dengan tahun lalu. Agus Sudiarto Direktur Managemen Resiko BRI mengatakan, hal itu disebabkan karena beberapa debitur yang terdampak Covid-19 yang sudah tidak dapat dilakukan restrukturisasi akan bergeser ke NPL. "Target NPL tahun ini 3,04%, dari 3,08% tahun 2021," ujarnya.

BRI akan memacu pemulihan atas kredit yang sudah hapus buku sehingga pendapatan recovery ditargetkan naik 11% dari tahun lalu.  Agus bilang, pihaknya akan melakukan strategi yang sama dengan tahun 2021 dalam mencapai target itu dan memperkuat tim recovery baik di tingkat pusat, regional, maupun kantor cabang. 

Adapun strategi yang dilakukan BRI tahun lalu diantaranya dengan penguatan SDM terkait kompetensi penanganan kredit bermasalah dan upaya recovery, mengoptimalkan penagihan di tengah keterbatasan mobilitas akibat pandemi yang dilakukan melalui media online maupun via surat tagihan, membuat program/ kompetisi reward bagi pegawai yang telah mencapai targetnya.

Baca Juga: Bankir Optimistis Transaksi Digital Banking Melesat di 2022

Lalu BRI  meningkatkan kerjasama dengan pihak ketiga dalam hal pemasaran agunan, penagihan dan upaya litigasi terhadap debitur bermasalah, penguatan system monitoring dan penunjang recovery, memaksimalkan pencarian investor strategis ataupun finansial untuk kredit segmen korporasi dalam rangka penyelesaian kredit atau bagian dari skema restrukturisasi,

Sementara BNI menargetkan recovery atas hapus buku kredit meningkat minimal 15% tahun ini. David Pirzada Direktur Managemen Resiko BNI bilang, percepatan recovery akan dilakukan melalui likuidasi agunan yang lebih cepat dengan menggelar lelang yang lebih intensif dan juga kerjasama dengan investor.

David tidak memberikan proyeksi hapus buku tahun ini. Namun, BNI berharap NPL bisa terus melandai secara signifikan seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian. "Beberapa sektor ekonomi sudah menunjukkan tanda-tanda recovery. Ini akan membuat high risk portfolio BNI sudah menurun ke level yang manageable," pungkas dia. 

Baca Juga: Perbankan Optimistis Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) Kembali Bergairah di Tahun 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati