Harap-harap cemas menunggu FOMC, sederet mata uang di Asia tergelincir



KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Sebagian besar mata uang negara berkembang di Asia melemah terhadap dolar pada hari Rabu, karena pasar menunggu pertemuan Federal Reserve AS yang dapat menawarkan garis waktu yang lebih jelas untuk perubahan dari kebijakannya yang ultra-longgar. 

Rupiah dan peso Filipina masing-masing turun sekitar 0,2%, sementara dolar Singapura dan baht Thailand melemah 0,1% terhadap dolar yang cenderung bergerak stabil. 

Indikasi kapan Fed akan mulai mengurangi program pembelian obligasi dan menaikkan suku bunga akan menjadi kunci bagi investor dan bank sentral regional, serta komentarnya tentang percepatan inflasi yang disebut The Fed bersifat sementara. 


Baca Juga: Intip kurs dollar rupiah di BRI jelang tengah hari ini, Rabu 16 Juni 2021

"Bank-bank sentral di Asia tentu mengawasi dengan mata yang tajam. Setelah peta jalan The Fed keluar dengan lebih jelas, dan dampak pasar awal telah dicerna, itu akan membuka pintu untuk penyesuaian kebijakan di seluruh kawasan," Frederic Neumann, co-kepala penelitian ekonomi Asia di HSBC seperti dikutip Reuters.

Bank sentral regional telah mempertahankan suku bunga pada rekor terendah dan mempertahankan kebijakan yang akomodatif tahun ini karena gelombang infeksi virus corona baru mengancam menghalangi rebound ekonomi yang berkelanjutan. 

Tapi di saat Bank Indonesia dan bank sentral Taiwan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah minggu ini, risalah pertemuan kebijakan bulan Mei oleh Bank of Korea menunjukkan mayoritas dewan lebih memilih untuk mengekang kembali stimulus. 

Baca Juga: Asing net sell Rp 63 miliar, IHSG melemah 0,47% ke 6.060 di awal perdagangan hari ini

Aliran ke obligasi Asia, didorong baru-baru ini oleh imbal hasil Treasury AS yang lebih rendah dan greenback yang lebih lemah, juga dapat ditekan oleh kurva suku bunga AS yang curam dari pengurangan Fed.

"Suku bunga/obligasi negara-negara yang mengalami defisit transaksi berjalan, relatif lebih bergantung pada pendanaan eksternal, kepemilikan obligasi asing yang lebih tinggi dan masih bergantung pada pembelian obligasi bank sentral dapat melihat tekanan yang relatif lebih besar," tulis ahli strategi DBS Singapura. 

Selanjutnya: Loyo, rupiah dibuka melemah ke Rp 14.235 per dolar AS pada pagi ini (16/6)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi