Harapan baru SGRO di kebun karet dan sagu



JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mengikuti jejak emiten perkebunan yang lain, melakukan diversifikasi usaha. Maklum, bisnis crude palm oil (CPO) yang sedang lesu memaksa emiten harus pintar menjaga pertumbuhan.

SGRO memilih masuk ke bisnis perkebunan sagu dan karet. Manajemen Sampoerna Agro sudah siap mengucurkan belanja modal Rp 200 miliar untuk dua lini usaha tersebut.

SGRO juga telah menyiapkan lahan seluas 5.000 hektare (ha) untuk lahan sagu. Khusus untuk karet, SGRO menargetkan memperbanyak lahan hingga 60.000 ha untuk beberapa tahun mendatang.


Analis AAA Sekuritas, Andy Wibowo Gunawan menilai, diversifikasi usaha SGRO itu sebagai langkah jitu. Sebab, harga CPO masih rendah. Dus, komoditas karet dan sagu bisa menjadi pengaman saat harga CPO terpukul.

Andy bilang, sampai kuartal III tahun lalu, margin laba bersih SGRO menurun. Ini karena, harga jual CPO yang anjlok. "Dengan dukungan dari produk karet dan sagu, penurunan laba bersih perusahaan bisa tertahan," kata dia.

Prospek bisnis sagu dan karet dinilai Andy cukup bagus. Apalagi, produk karet punya permintaan yang baik. Berdasarkan analisis pasar Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) pada Februari 2013, permintaan karet selama empat tahun berturut-turut meningkat, terutama dari China.

Namun, investor belum bisa berharap banyak dari lini usaha baru SGRO itu. Apalagi, kata Andy, skala bisnisnya juga masih tergolong kecil. Dia memprediksi, pendapatan SGRO dalam beberapa waktu mendatang masih tergantung pada bisnis kelapa sawit.

Analis Bahana Securities, Leonardo Henry Gavaza menambahkan, pendapatan dari bisnis kebun karet tidak akan kalah dengan kelapa sawit. Malah, setahun terakhir, harga karet lebih baik dari harga CPO. "Tapi, ongkos pekerja yang dibutuhkan untuk kebun karet lebih mahal ketimbang kelapa sawit," tutur dia.

Hanya saja, kontribusi bisnis karet ke SGRO masih membutuhkan waktu lama. Perhitungan Henry, sumbangan produk karet baru terlihat lima tahun mendatang.

Meski pelaksanaannya sudah dimulai beberapa tahun lalu, lini usaha kebun sagu SGRO juga belum kelihatan menghasilkan. Henry mengaku, belum melihat performa lini usaha ini.

Tapi, Andy memperkirakan, pendapatan dan laba bersih SGRO akan kembali pulih di tahun ini karena harga CPO diprediksi membaik ketimbang tahun lalu. Dia menghitung, pendapatan SGRO tahun ini akan naik 27,2% dari Rp 3,3 triliun menjadi Rp 4,2 triliun. Pun laba bersih SGRO juga berpeluang naik 104% dari Rp 331 miliar di 2012 menjadi Rp 678 miliar. 

Henry memproyeksikan, laba bersih SGRO tahun ini naik 9,4% dari Rp 312 miliar menjadi Rp 344 miliar.

Analis Indo Premier Securities, Wiliam Simadiputra, menebak, pendapatan SGRO bakal naik tipis 6,6% dari Rp 3 triliun menjadi Rp 3,2 triliun di 2013. Sementara, laba bersih naik 12,1% dari Rp 305 miliar menjadi Rp 342 miliar.

Ketiga analis merekomendasikan hold saham SGRO. Andy memasang target harga Rp 2.550, mencerminkan PER 2013 sebesar 7,1 kali.

Sedangkan, Henry menargetkan harga di Rp 2.400 dengan PER 12,9 kali. Kemarin, harga saham SGRO tetap di posisi Rp 2.275 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana