Harga 3 Saham Blue Chip Telekomunikasi Berguguran, Mana yang Layak Beli?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga tiga saham blue chip sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam tren melemah. Mana saja saham blue chip yang layak dibeli?

Saham blue chip adalah saham lapis satu yang telah berpengalaman lama di lantai bursa. Saham blue chip biasanya memiliki fundamental kuat dan nilai kapitalisasi pasar besar mencapai puluhan hingga ratusan triliun.

Di BEI, saham blue chip biasanya menjadi anggota indeks mayor seperti LQ45. Anggota Indeks LQ45 sektor telekomunikasi antara lain PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) .


Harga saham TLKM pada penutupan perdagangan Jumat 2 Agustus 2924 di level 2.850, turun 30 poin atau 1,04% dibandingkan sehari sebelumnya. Selama sepakan lalu atau 5 hari perdagangan, harga saham TLKM terakumulasi melemah 250 poin atau 8,06%.

Akhir pekan lalu, harga saham ISAT ditutup di level 10.350, turun 350 poin atau 3,27%. Selama 5 hari perdagangan pada pekan lalu, harga saham ISAT terakumulasi turun 1.375 poin atau 11,73%.

Sedangkan harga saham EXCL pada perdagangan Jumat 2 Agustus 2024 ditutup di level 2.170, stagnan dibandingkan sehari sebelumnya maupun dalam 5 hari perdagangan. Namun dalam sebulan terakhir, harga saham EXCL turun 10 poin atau 0,46%.

 
EXCL Chart by TradingView

Di tengah tren penurunan harga, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo, Maximilianus Nico Demus merekomendasikan Buy saham EXCL dengan target harga Rp 2.900 per saham. 

Nico melihat bahwa prospek emiten telekomunikasi di tahun 2024 akan tumbuh positif. Hal ini didukung oleh rencana peningkatan penetrasi internet di Indonesia. 
“Apalagi tren kenaikan penetrasi tersebut diperkirakan masih akan berlanjut, mengingat tingkat penetrasi internet di Indonesia masih terbilang rendah dibandingkan dengan negara Asia lainnya,” kata Nico kepada Kontan.co.id, Sabtu (3/8). 

Oleh sebab itu, Nico mengatakan secara prospek, emiten telekomunikasi masih tumbuh positif, baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang. Ditambah,  sampai dengan saat ini perkembangan ekosistem digital di Indonesia masih berkembang.

Namun, dia menegaskan bahwa perlu diingat, ekosistem digital tidak akan ada artinya jika tidak didukung dengan infrastruktur yang dibangun. Apalagi seperti di luar daerah yang masih banyak merasakan susah sinyal. 

Baca Juga: Starlink Bisa Jadi Tantangan, Begini Rekomendasi Saham Emiten Telekomunikasi

“Sehingga hal ini akan menjadi PR besar, sekaligus peluang bagi industri telekomunikasi,” ujarnya.

Selain itu, Nico mengatakan, adanya pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, juga dapat menjadi sentimen positif untuk meningkatkan kinerja industri telekomunikasi. 

Terlebih, menurut dia, adanya rencana merger yang akan dilakukan oleh PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) akan menjadi katalis positif bagi industri telekomunikasi di Indonesia. Pasalnya, merger ini diprediksi mampu menciptakan pemain telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar yang lebih besar. 

“Salah satu poin yang positif karena kalau kita bicara tentang merger dan akuisisi,  artinya kita bicara tentang penetrasi sumber daya, baik manusia, teknologi dan pasar,” imbuhnya. 

Namun, menurut dia, dengan adanya merger tersebut tentu akan menimbulkan persaingan yang ketat di sektor telekomunikasi, khususnya seluler di Indonesia, karena tujuan marget tentu untuk menciptakan pasar yang lebih besar, dan untuk bisa terus menarik minat masyarakat. 

“Jadi merger ini akan menciptakan hal yang lebih kompetitif diantara mereka, sehingga mereka juga akan terus berusaha memberikan hal yang terbaik kepada para pengguna,” kata Nico. 

Lebih lanjut, Nico menilai bahwa dengan rencana merger tersebut juga akan menambahkan jumlah pelanggan dari kedua perusahaan, dan berpotensi menghasilkan sekitar 95 - 100 juta pelanggan di tahun ini. Hal ini diprediksi bisa menyelaskan pengguna ISAT yang sebanyak 100,2 juta per kuartal I-2024 (1Q24). 

Research Analyst PT BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis merekomendasikan Buy atau beli saham TLKM dengan target harga Rp 4.400 per saham.  Meski begitu, ISAT juga tetap menjadi pilihan utama kami karena momentum operasinya yang kuat, sehingga menawarkan peluang untuk mengungguli,” kata dia. 

Niko menambahkan, perusahaan telekomunikasi dapat menciptakan peningkatan kinerja hingga akhir tahun 2024. Pasalnya, sejauh ini ISAT, TLKM dan EXCL bisa menghasilkan pertumbuhan laba bersih yang kuat di kuartal II-2024 (2Q24) yang didorong oleh potensi momentum operasional dan keuangan dari ARPU yang lebih baik menjadi 39 ribu, serta pertumbuhan pelanggan. 

“Kami memperkirakan Telkom akan menghasilkan laba bersih di 2Q24 yang stabil, terutama didorong oleh segmen non-seluler,” kata dia dalam risetnya, 26 Juli 2024. 

Niko juga memperkirakan, pertumbuhan TLKM akan didukung oleh non-mobile karena TSEL berkinerja buruk di sektor ini.

Tak hanya TLKM, dia memperkirakan EXCL akan mempertahankan kinerja NP di kuartal I-2024 (1Q24), namun dengan kenaikan terbatas di kuartal II-2024 karena marjin EBITDA-nya turun menjadi 50%. Sementara itu, Niko memprediksi XL akan mencapai pertumbuhan kinerjanya kurang lebih naik 3% di 2Q24. 

Sedangkan untuk ISAT, Niko menprediksi pendapatannya di 2Q24 akan tumbuh sebesar 10% secara year on year (YoY) atau tahunan. Ia percaya ISAT dapat memberikan pertumbuhan terbesar karena ekspansi yang ketat di luar Jawa, didukung oleh kapasitas jaringan yang kuat (berdasarkan temuan Opensignal Juni 2024). 
“Sementara menawarkan lebih sedikit diskon untuk memanfaatkan kenaikan harga, seperti yang kita lihat di November 2023,” imbuhnya. 

Baca Juga: Laba Emiten Saham Blue Chip Ini Naik Tinggi Semester I 2024, Saat Beli / Jual?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto