KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan harga batubara acuan (HBA) April 2024 sebagai dasar perhitungan harga patokan batubara (HPB). Ketentuan HBA ini termuat dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 88.K/MB.01/MEM.B/2024 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batubara Acuan untuk bulan April 2024 yang ditetapkan pada 22 April 2024. Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi mengatakan dalam aturan itu, HBA dalam kesetaraan nilai kalor 6.322 kcal per kg GAR, total
moisture 12,26%, total sulphur 0,66, dan
ash ditetapkan sebesar US$ 121,13 atau setara Rp 1,96 juta (kurs Rp 16.233 per dolar AS) per ton.
Artinya, harga tersebut naik sekitar 10,34% dari Maret 2024 yang sebesar US$ 109,77 per ton.
Baca Juga: Lelang 8 Wilayah Tambang Minerba Diminati Sekitar 50 Perusahaan Tambang "Harga batubara acuan (HBA) April 2024 sebagai dasar perhitungan harga patokan batubara (HPB)," kata Agus dalam keterangan resmi, Selasa (23/4). HBA I ditetapkan di level US$ 86,93 (Rp 1,41 juta) per ton. Harga acuan untuk komoditas batu bara II dalam kesetaraan nilai kalor 4.100 kcal per kg GAR, total
moisture 35,73%, total sulphur 0,23%, dan
ash 3,9% ditetapkan pada besaran US$ 57,17 atau Rp 928 ribu per ton. Sedangkan, harga acuan untuk batu bara III, dalam kesetaraan nilai kalor 3.400 kcal per kg GAR, total
moisture 44,30%, total sulphur 0,24%, dan
ash 3,88%, pada angka US$ 36,32 atau Rp 589,5 ribu per ton. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia mengatakan, ada beberapa faktor yang mendorong kenaikan HBA, antara lain, pengaruh sentimen geopolitik akibat perkembangan situasi di Timur Tengah. "Selain itu, di dua bulan terakhir pasokan sedikit menurun, akibat faktor cuaca dan juga masa libur lebaran sementara di sisi ekspor permintaan masih cukup positif," kata Hendra saat dihubungi KONTAN, Senin (29/4). Ia menuturkan, tahun ini permintaan domestik diproyeksi sekitar lebih dari 220 juta ton atau sedikit lebih tinggi dari realisasi pemanfaatan batubara domestik di 2023. Sementara harga ekspor meningkat akibat sentimen geopolitik dan juga pengaruh permintaan yang mulai menguat terutama di Tiongkok dan India. Untuk Tiongkok, harga batubara impor lebih kompetitif dibanding harga domestik sehingga memicu peningkatan permintaan atas batubara impor termasuk Indonesia yang tahun lalu berkontribusi sekitar 60% dari total impor batubara Tiongkok.
Baca Juga: Pemerintah Proyeksi Harga Komoditas Global Naik Imbas Supply yang Turun Di India, peningkatan konsumsi energi meningkatkan kebutuhan akan batubara menjelang masuk ke musim panas. Untuk mengantisipasi potensi gangguan terhadap ketahanan energi, pemerintah India merekomendasikan kenaikan impor. "Sehingga diperkirakan dalam beberapa minggu ke depan harga kemungkinan masih menunjukkan tren positif," ujar Hendra. Hendra menambahkan, harga batubara masih akan volatil, potensi tekanan terhadap harga dapat dipicu oleh kondisi pasar yang
oversupply. Saat ini
output produksi masih di bawah target sementara
demand masih relatif cukup bagus sehingga harga sedikit menguat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi