KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sampai Juni 2019 Harga Batubara Acuan (HBA) terkoreksi menjadi US$ 81,48 per ton, terus menurun sejak September 2018 lalu. Sejumlah emiten yang bergerak di penambangan batubara melakukan efisiensi guna menekan biaya operasional di tengah tren penurunan harga batubara. Misalnya PT ABM Investama Tbk, pada tahun ini emiten berkode saham
ABMM ini menargetkan penurunan biaya operasi hingga 15% ketimbang tahun sebelumnya. Direktur ABM Investama, Adrian Erlangga Sjamsul menyampaikan lantaran melakukan efisiensi tanpa mengganggu kegiatan operasional menjadi hal yang penting. ABMM sendiri memproduksi batubara dengan kalori 3.400 kkal/kg dan 4.200 kkal/kg, mereka menjual batubara ke pasar domestik, China, India, Vietnam, dan Taiwan.
Hingga akhir Juni tahun ini ia memproyeksi sudah bisa memproduksi sebesar 6 juta ton batubara dari total target produksi tahun ini sebanyak 12,5 juta ton batubara. Sampai kuartal pertama tahun ini mereka sudah mengeduk 3,1 juta ton batubara. Selain ABMM, PT Mitrabara Adiperdana Tbk (
MBAP) bakal mengurangi biaya produksi sebesar 10% hingga 15% pada 2019. Direktur Utama MBAP, Widada mengaku penurunan harga batubara merupakan faktor eksternal yang tak dapat diprediksi oleh perusahaan. Oleh karena itu untuk menghadapi penurunan harga batubara MBAP terus memperketat biaya produksi. MBAP memiliki produksi batubara berkualitas tinggi dengan
medium calorie value yang mempunyai kandungan abu dan sulfur rendah yakni dengan kalori 5000 kcal per kg, 5200 kcal per kg, 5400 kcal per kg, dan 5700 kcal per kg. Tahun ini mereka akan mengeduk batubara sebanyak 4 juta ton, atau naik 11% dari realisasi produksi tahun lalu 3,6 juta ton batubara. Hingga Mei 2019 mereka sudah berhasil memproduksi sebanyak 1,8 juta ton batubara dengan jumlah batubara bawaan dari 2018 sebesar 380.000 ton. Head of Corporate Communications PT Adaro Energy Tbk (
ADRO, anggota indeks
Kompas100), Febriati Nadira juga memaparkan hal yang serupa. Untuk mengantisipasi penurunan harga batubara, ADRO bakal terus menjalankan efisiensi dan mengoptimalkan keunggulan operasional di seluruh rantai bisnis. “Sehingga kita bisa menghasilkan kinerja operasional yang solid,” ungkapnya, Minggu (23/6). Meskipun harga batubara terkoreksi, ADRO tidak memiliki rencana untuk merevisi target produksi batubara. Pada tahun ini perusahaan memasang target produksi batubara sebesar 54 juta ton hingga 56 juta ton batubara dengan EBITDA operasional US$ 1 miliar hingga US$ 1,2 miliar.
Sementara itu, PT Bumi Resources Tbk (
BUMI) memiliki strategi yakni dengan meningkatkan produksi batubara berkalori tinggi di tengah penurunan harga batubara saat ini. Direktur dan Sekretaris BUMI, Dileep Srivastava menuturkan pihaknya bakal mengoptimalkan realisasi produksi batubara kalori tinggi dari PT Arutmin Indonesia. “BUMI memproyeksi biaya produksi sebesar US$ 34 per ton pada tahun ini,” ungkapnya pada Kontan, Minggu (23/6). Dalam catatan Kontan pada tahun ini BUMI akan memproduksi batubara kalori tinggi sebesar 9 juta ton, naik dari tahun lalu 5 juta ton. Sementara secara total tahun ini BUMI mematok target produksi sebesar 90 juta ton batubara. Ia optimis mampu menambang sejumlah 42 juta ton hingga 43 juta ton batubara sampai tutup semester 1 2019. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi