JAKARTA. Penurunan harga batubara acuan (HBA) yang terjadi bulan ini sudah diantisipasi oleh sebagian produsen batubara. Padahal bulan lalu harga batubara masih bertengger di level US$ 83,81 per ton, adapun bulan Juni harga batubara berada di level US$ 75,46 per ton. Namun, penurunan harga ini masih tak terlalu signifikan dibandingkan HBA bulan yang sama tahun lalu yang senilai US$ 51,81 per ton. Febriati Nadira, Head of Corporate Communication Division PT Adaro Energy Tbk mengatakan, pihaknya sudah mengantisipasi fluktuasi harga batubara. Adaro terus mewaspadai dinamika pasar industri batubara yang fluktuatif. Ini juga yang membuat Adaro sulit memprediksi harga batubara ke depan. Hanya saja, dengan melakukan strategi efisiensi dan strategi operasional di seluruh rantai bisnis, Adaro berharap bisa tetap menjaga margin bisnis. "Kami mengharapkan harga yang lebih stabil di sepanjang tahun ini, karena kami tetap optimistis bahwa ke depan tingkat pertumbuhan permintaan akan signifikan. Bukan cuma di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (7/6).
Harga acuan turun, produsen batubara masih pede
JAKARTA. Penurunan harga batubara acuan (HBA) yang terjadi bulan ini sudah diantisipasi oleh sebagian produsen batubara. Padahal bulan lalu harga batubara masih bertengger di level US$ 83,81 per ton, adapun bulan Juni harga batubara berada di level US$ 75,46 per ton. Namun, penurunan harga ini masih tak terlalu signifikan dibandingkan HBA bulan yang sama tahun lalu yang senilai US$ 51,81 per ton. Febriati Nadira, Head of Corporate Communication Division PT Adaro Energy Tbk mengatakan, pihaknya sudah mengantisipasi fluktuasi harga batubara. Adaro terus mewaspadai dinamika pasar industri batubara yang fluktuatif. Ini juga yang membuat Adaro sulit memprediksi harga batubara ke depan. Hanya saja, dengan melakukan strategi efisiensi dan strategi operasional di seluruh rantai bisnis, Adaro berharap bisa tetap menjaga margin bisnis. "Kami mengharapkan harga yang lebih stabil di sepanjang tahun ini, karena kami tetap optimistis bahwa ke depan tingkat pertumbuhan permintaan akan signifikan. Bukan cuma di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (7/6).