Harga saham Apple menembus US$ 300 untuk kali pertama dalam sejarah



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga saham Apple menembus level US$ 300 untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Pada transaksi Kamis (2/1), saham Apple ditutup naik 2,3% menjadi US$ 300,35. Lompatan saham teknologi ini bertepatan dengan kenaikan di Wall Street pada hari pertama perdagangan pada tahun 2020, menyusul langkah bank sentral Tiongkok menggelontorkan stimulus untuk merangsang ekonomi negara.

Kenaikan saham Apple juga didorong oleh kesepakatan dengan mantan CEO HBO, Richard Plepler, yang akan memproduksi konten video untuk layanan streaming barunya, Apple TV +.


Baca Juga: iPhone XR, smartphone terlaris 2019

Investor pada perusahaan raksasa teknologi baru-baru ini menikmati keuntungan yang kuat di tengah antusiasme Apple untuk terjun dalam langganan video streaming dan memudarnya kekhawatiran bahwa permintaan iPhone sedang menurun. Apple naik 86% tahun lalu, kenaikan tahunan terbaik dalam satu dekade, setelah melorot lebih dari 6% pada 2018. Sebagai perbandingan, indeks S&P 500 naik sekitar 29% tahun lalu.

Dan Ives, seorang analis di Wedbush, mengatakan banyak investor yang meyakini bahwa kisah pertumbuhan Apple sudah berakhir di belakang.

“Menentang skeptis, (chief executive Tim) Cook dalam waktu terbaiknya menurut kami mengarahkan Apple untuk berhasil melalui perjuangan pertumbuhan China, menyelesaikan gugatannya yang lama dengan Qualcomm. . ., mengembangkan dan membawa ke pasar trifecta iPhone 11s yang telah menjadi kesuksesan konsumen utama,," kata Ives dalam catatan terakhirnya kepada klien.

Baca Juga: Apple dikabarkan melirik teknologi satelit

Ives juga optimis pada penjualan iPhone, dengan menambahkan bahwa smartphone 5G baru akhir tahun ini akan "membuka pintu air" untuk peningkatan.

Apple tetap menjadi perusahaan publik yang paling bernilai di AS dengan kapitalisasi pasar mencapai US$ 1,33 triliun, di depan Microsoft yang bernilai US$ 1,23 triliun.

Saham Apple mencapai level US$ 200 untuk pertama kalinya pada Agustus 2018, dan sahamnya telah melonjak hampir sepuluh kali lipat sejak 2009.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie