Harga aluminium ke level tertinggi sejak 30 Mei



JAKARTA. Harga aluminium melaju ke level tertinggi dalam lebih dari satu bulan. Kekhawatiran pasokan menopang penguatan harga aluminium.

Mengutip Bloomberg, Kamis (6/7) harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menguat 0,8% ke level US$ 1.944 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan aluminium menanjak 1,5%.

Aluminium bertengger di level tertinggi sejak 30 Mei. Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, penguatan harga aluminium didukung oleh sentimen China.


Pekan ini China merilis angka manufaktur Juni dengan hasil naik ke level 50,4 dari sebelumnya 49,6. Angka tersebut juga melampaui proyeksi sebesar 49,9. Kenaikan angka manufaktur China memberi sinyal pertumbuhan permintaan dari negara konsumen aluminium terbesar di dunia.

Di samping itu, pasokan aluminium terancam berkurang lantaran China juga terus melakukan pembatasan produksi. Pemerintah provinsi Henan, China menyatakan akan menutup smelter aluminium dengan kapasitas 500.000 metrik ton per tahun. Hal ini akan berdampak pada penurunan pasokan global sebesar 0,8%. "Dengan adanya pengurangan produksi, tentu akan mengangkat harga dalam jangka panjang," tutur Ibrahim.

Tren harga aluminium tidak hanya didukung dari sisi pasokan tetapi juga permintaan. Sebab, proyek infrastruktur baik di Amerika Serikat (AS) maupun China sudah mulai berjalan sehingga akan mendorogn permintaan aluminium. Apalagi jika rencana pembangunan infrastruktur Presiden AS, Donald Trump berjalan lancar.

Aluminium memang masih dibayangi oleh kenaikan suku bunga The Fed. Jika The Fed menaikkan suku bunga lagi tahun ini, dollar AS akan menguat dan menekan aluminium. Tetapi prospek perbaikan ekonomi China bisa menahan aluminium dari kejatuhan. Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi ekonomi China akan membaik di paruh kedua tahun ini.

Prediksi Ibrahim harga aluminium hingga akhir tahun masih mampu menguat ke level US$ 2.150 per metrik ton.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia