Harga aluminium kena koreksi teknikal sebelum terbang lagi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Amerika Serikat (AS) memperpanjang batas waktu penyelesaian transaksi bagi para pelanggan Rusal, perusahaan aluminium besar asal Rusia, sebelum akhirnya AS memutus kontrak dengan perusahaan ini. Keputusan AS ini membuat harga aluminium merosot.

Pada penutupan perdagangan Senin (23/4), harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tercatat melemah 7,05% menjadi US$ 2.295 per ton. Harga komoditas ini bahkan sempat merosot ke level US$ 2.237 per ton.

AS memutuskan memperpanjang batas waktu dimulainya sanksi terhadap Rusal, yang mayoritas sahamnya dimiliki konglomerat Rusia Oleg Deripaska, hingga 23 Oktober. Sebelumnya, konsumen Rusal harus menyelesaikan seluruh transaksi pada 5 Juni.


AS bahkan akan mempertimbangkan mencabut sanksi atas Rusal bila Deripaska bersedia melepas sahamnya di Rusal. "Pemerintah AS tidak menargetkan pekerja keras yang bergantung pada Rusal dan anak perusahaannya," ujar Menteri Keuangan Steven Mnuchin, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (24/4)

AS menerapkan sanksi kepada produsen aluminium Rusia ini sebagai hukuman atas tindakan Rusia mencampuri pemilu Presiden AS 2016 silam. Rusia sendiri sudah menyangkal hal ini.

Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto mengatakan mundurnya waktu pemberlakuan sanksi akan mengurangi penumpukan stok aluminium yang ada di gudang Rusal di Siberia. Lantaran stok masuk ke pasar, harga aluminium pun turun. “Selain karena penguatan dollar, pelemahan harga juga disebabkan karena pelonggaran sanksi ke Rusal,” ujar dia.

Selain itu, harga aluminium sudah bergerak cukup tinggi. Karena itu, sejumlah pelaku pasar akhirnya melakukan aksi profit taking.

Meski begitu, analis yakin harga aluminium masih dalam tren menguat. Permintaan komoditas ini masih cukup tinggi, sementara pasokan kurang. "Sampai akhir kuartal dua, defisit diperkirakan sekitar 600.000 ton," kata Andri.

Menurut hitungan Andri, harga aluminium di akhir kuartal dua akan berkisar US$ 2.500–US$ 2.600 per ton. Tapi dalam jangka pendek, pelaku pasar masih profit taking.

Hari ini, Andri memprediksi harga aluminium bergerak di kisaran US$ 2.200–US$ 2.300 per ton. Sepekan ke depan, ada kemungkinan harga tertekan sampai US$ 2.150 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati