Harga aluminium masih tergencet



JAKARTA. Serupa dengan komoditas lain, aluminium membuka pekan pertama tahun 2015 dengan catatan buruk. Selasa (6/1), harga aluminium ambruk ke level terendah sejak Juni 2013 ke level US$ 1.787 per MT. Meski sempat rebound, harga aluminium diprediksi masih melemah.

Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (9/1), harga aluminium untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) merosot 1,2% dari hari sebelumnya menjadi US$ 1.810 per metrik ton. Alhasil, sepekan terakhir, harga aluminium turun 1,2%.

Menurut Ibrahim, Analis dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka, jika melihat pola pasar, ketika harga suatu komoditas ditutup naik, itu pertanda harga akan kembali jatuh. Sebagai informasi, hari sebelumnya Kamis (8/1) harga aluminium tutup di level US$ 1.832 per metrik ton, naik 2,3% dalam sehari.


Tentu pola itu juga harus melihat fundamental pasar. Saat ini indeks dollar AS sangat tinggi. Sebagai komoditas yang diperdagangkan dalam dollar AS, aluminium tertekan. Harga komoditas yang loyo ini diperkirakan akan terjadi sepanjang semester I-2015. Selagi spekulasi kenaikan suku bunga The Fed masih berhembus, indeks dollar AS akan terus terbang.

"Saat ini kondisi di Eropa sudah lebih tenang seharusnya bisa membuat harga komoditas menguat" kata Ibrahim. Namun sepertinya ini tidak banyak membantu, mengingat masih ada ketidakpastian politik di Yunani. Hasil pemilihan umum Yunani ikut menentukan ekonomi Eropa ke depan.

Pasar juga masih menunggu 27 Januari mendatang. Bank Sentral Eropa (ECB) diprediksi akan melakukan pembelian obligasi guna menanggulangi deflasi di zona Eropa. Hari ini diprediksikan aksi profit taking akan kembali terjadi. "Walaupun memang aluminium termasuk komoditas yang paling laku di pasar," ujar Ibrahim.

Secara teknikal, Ibrahim melihat saat ini bollinger dan moving average bergerak 80% di atas bollinger bawah. Mengindikasikan adanya arah pergerakan naik, tapi masih terbatas. Stochastic di level 60% negatif dan moving average convergence divergence (MACD) 65% negatif, ini yang menarik harga kembali turun.

Sementara itu, hanya indikator relative strength index (RSI) yang menunjukkan arah naik di level 70%. Sepekan ke depan harga akan bergerak di antara US$ 1.785-US$ 1.865 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie