Harga aluminium punya kans naik lagi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga aluminium tidak bertahan lama. Aksi ambil untung ditengarai menjadi faktor pelemahan harga logam industri ini pada akhir pekan lalu. Namun, masih ada kans aluminum menguat pada pekan ini.

Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (14/5), harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) turun 2,01% ke level US$ 2.288 per metrik ton. Jika dihitung dalam sepekan, harga aluminium melemah hingga 2,95%.

Analis PT Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto, menjelaskan, pelemahan harga aluminium sepanjang pekan lalu disebabkan adanya profit-taking. Maklum, harga telah menguat cukup signifikan. Pertengahan April lalu, harga bahkan mencetak rekor tertinggi sejak Juni 2011 di posisi US$ 2.537 per metrik ton.


Di samping itu, Andri menilai, harga aluminium juga tertekan seiring dengan penguatan dollar Amerika Serikat (AS). Pekan lalu, indeks dollar sempat bertengger di atas level 93.

Ancaman terhadap penurunan produksi akibat sanksi AS terhadap salah satu perusahaan produsen aluminium terbesar, United Company Rusal, juga sudah mulai mereda. Hal ini lantaran tenggat waktu kesepakatan antara AS dan Rusal diundur dari sebelumnya 5 Juni menjadi 23 Oktober 2018.

Meski begitu, secara fundamental, Andri melihat harga aluminium masih cukup positif. Pasalnya, permintaan dari negara Asia Pasifik terbilang cukup stabil.

"Persediaan aluminium di Shanghai Futures Exchange per 10 Mei juga turun sebanyak 42.000 ton. Ini menandakan masih besarnya kebutuhan di China," papar Andri, Senin (14/5).

Stabilnya tingkat permintaan aluminium, lanjut Andri, juga ditopang oleh sektor otomotif yang masih bergeliat di sejumlah negara seperti Malaysia, Korea Selatan, termasuk Indonesia. Dengan berkembangnya produksi kendaraan ramah lingkungan, bahan baku aluminium kian dibutuhkan untuk membuat bobot kendaraan yang lebih ringan dan penggunaan bahan bakar menjadi lebih hemat.

"Pasar komoditas sedang semakin menarik. Harga minyak juga masih stabil cukup tinggi. Sentimen masih positif meski tidak untuk jangka waktu lama," imbuhnya.

Sebab, harga komoditas dalam jangka panjang masih akan dibayangi oleh penguatan dollar. Terutama, pelaku pasar masih mengantisipasi rencana kenaikan suku bunga The Federal Reserves pada Juni mendatang. Dus, potensi penguatan dollar AS masih terbuka lebar dan dapat kembali menekan harga komoditas.

Secara teknikal, Andri menganalisis saat ini harga aluminium masih berada di atas garis moving average (MA) 50, 100, maupun 200. Indikator moving average convergence divergence (MACD) juga masih bergerak dalam zona positif pada level 0,082. Indikasi penguatan juga masih ditunjukkan lewat indikator RSI di level 56. Indikator stochastic saat ini netral di level 51,5.

Untuk perdagangan Selasa (15/5), Andri memproyeksi harga aluminium bergerak dalam rentang US$ 2.230-US$ 2.330 per metrik ton. Sementara, sepekan, harga akan bergulir di kisaran US$ 2.180-US$ 2.380 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini