JAKARTA. Harga aluminium menunjukkan kenaikan. Tetapi kondisi tersebut bersifat sementara mengingat indeks dollar Amerika Serikat (AS) menguat. Mengutip Bloomberg, Rabu (3/6) pukul 10.36 waktu Shanghai, harga aluminium di London Metal Exchange terkerek 0,6% menjadi US$ 1.751 per metrik ton. Sehari sebelumnya, harga aluminium terkoreksi 1,2% ke level US$ 1.740,50 per ton. Ibrahim, Analis dan Direktur PT Ekuilibrium Komoditi Berjangka menjelaskan, kenaikan tersebut disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, data manufaktur Tiongkok yang dirilis HSBC Final Manufacturing PMI mencapai 49,2 per Mei 2015, tumbuh tipis ketimbang bulan sebelumnya yang berkisar 49,1. Meskipun masih di bawah level 50, angka tersebut sesuai dengan ekspektasi para analis. Kedua, data manufaktur AS yakni ISM Manufacturing PMI yang berkisar 52,8 pada akhir Mei 2015, naik dari posisi bulan sebelumnya yang berkisar 51,5. Angka tersebut melebihi perkiraan para analisis yang dipatok pada level 51,9. Ia yakin, bagusnya data manufaktur kedua negara tersebut yang merupakan konsumen terbesar komoditas berimbas pada terkereknya harga aluminium. Sebab, sektor otomotif, pesawat, hingga properti menggunakan jumlah aluminium yang cukup banyak. Ketiga, opsi pembayaran utang Yunani yang sepertinya akan mendapat lampu hijau baik dari European Central Bank (ECB) maupun International Monetary Fund (IMF). Pada Jumat (5/6), Yunani memiliki utang jatuh tempo sebesar 6,5 miliar euro. Dari besaran tersebut, sebanyak 1,5 miliar euro berupa utang terhadap IMF. Sedangkan sisanya adalah surat utang yang jatuh tempo. "Ini memberikan sentimen positif kepada pasar," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (3/6). Apalagi ECB berencana menggelar konferensi pers pada Rabu (3/6) malam. Banyak pihak yang memprediksi Bank Sentral Uni Eropa tersebut akan memberikan sentimen positif menyangkut perkiraan ekonomi, inflasi, hingga kebijakan moneter dalam waktu mendatang. Ibrahim berpendapat, jika ECB dapat merilis data yang cukup bagus, bahkan mengurangi stimulus yang saat ini mencapai 60 miliar euro, perekonomian negara-negara akan pulih sehingga dapat mendongkrak harga aluminium. Tapi, ia memprediksi naiknya harga aluminium tak bertahan lama, bahkan dapat kembali ke posisi semula. Sebab, lanjut Ibrahim, pekan depan Tiongkok akan meluncurkan data penjualan propertinya. "Kita belum tahu akan berkiblat ke mana pasar properti Cina," tuturnya. Belum lagi pada Jumat (5/6), AS akan merilis data tenaga kerjanya. Jika hasilnya cukup bagus, maka kemungkinan dollar akan menguat yang berimbas pada turunnya harga komoditas seperti aluminium. Lihat saja, indeks dollar menguat dari posisi sebelumnya 95,83 menjadi level 96,07 per 3 Juni 2015 pukul 15.37 WIB. Kondisi inilah yang dapat memengaruhi harga aluminium. Dari sisi teknikal, Ibrahim menilai mayoritas indikator menunjukkan harga aluminium hanya menguat sementara. Moving average dan bollinger band berada di posisi 80% di atas bollinger bawah. Stochastic 70% positif. Sedangkan moving average convergence divergence (MACD) dan relative strength index (RSI) cenderung mengambil posisi wait and see sembari menanti rilisnya data dari ECB dan data tenaga kerja AS. Ia memperkirakan. harga aluminium Kamis (4/6) akan berada di kisaran US$ 1.740-US$ 1.820 per ton. Selama sepekan harga akan tertekan hingga di rentang US$ 1.650-US$ 1.830. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga aluminium terangkat sementara
JAKARTA. Harga aluminium menunjukkan kenaikan. Tetapi kondisi tersebut bersifat sementara mengingat indeks dollar Amerika Serikat (AS) menguat. Mengutip Bloomberg, Rabu (3/6) pukul 10.36 waktu Shanghai, harga aluminium di London Metal Exchange terkerek 0,6% menjadi US$ 1.751 per metrik ton. Sehari sebelumnya, harga aluminium terkoreksi 1,2% ke level US$ 1.740,50 per ton. Ibrahim, Analis dan Direktur PT Ekuilibrium Komoditi Berjangka menjelaskan, kenaikan tersebut disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, data manufaktur Tiongkok yang dirilis HSBC Final Manufacturing PMI mencapai 49,2 per Mei 2015, tumbuh tipis ketimbang bulan sebelumnya yang berkisar 49,1. Meskipun masih di bawah level 50, angka tersebut sesuai dengan ekspektasi para analis. Kedua, data manufaktur AS yakni ISM Manufacturing PMI yang berkisar 52,8 pada akhir Mei 2015, naik dari posisi bulan sebelumnya yang berkisar 51,5. Angka tersebut melebihi perkiraan para analisis yang dipatok pada level 51,9. Ia yakin, bagusnya data manufaktur kedua negara tersebut yang merupakan konsumen terbesar komoditas berimbas pada terkereknya harga aluminium. Sebab, sektor otomotif, pesawat, hingga properti menggunakan jumlah aluminium yang cukup banyak. Ketiga, opsi pembayaran utang Yunani yang sepertinya akan mendapat lampu hijau baik dari European Central Bank (ECB) maupun International Monetary Fund (IMF). Pada Jumat (5/6), Yunani memiliki utang jatuh tempo sebesar 6,5 miliar euro. Dari besaran tersebut, sebanyak 1,5 miliar euro berupa utang terhadap IMF. Sedangkan sisanya adalah surat utang yang jatuh tempo. "Ini memberikan sentimen positif kepada pasar," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (3/6). Apalagi ECB berencana menggelar konferensi pers pada Rabu (3/6) malam. Banyak pihak yang memprediksi Bank Sentral Uni Eropa tersebut akan memberikan sentimen positif menyangkut perkiraan ekonomi, inflasi, hingga kebijakan moneter dalam waktu mendatang. Ibrahim berpendapat, jika ECB dapat merilis data yang cukup bagus, bahkan mengurangi stimulus yang saat ini mencapai 60 miliar euro, perekonomian negara-negara akan pulih sehingga dapat mendongkrak harga aluminium. Tapi, ia memprediksi naiknya harga aluminium tak bertahan lama, bahkan dapat kembali ke posisi semula. Sebab, lanjut Ibrahim, pekan depan Tiongkok akan meluncurkan data penjualan propertinya. "Kita belum tahu akan berkiblat ke mana pasar properti Cina," tuturnya. Belum lagi pada Jumat (5/6), AS akan merilis data tenaga kerjanya. Jika hasilnya cukup bagus, maka kemungkinan dollar akan menguat yang berimbas pada turunnya harga komoditas seperti aluminium. Lihat saja, indeks dollar menguat dari posisi sebelumnya 95,83 menjadi level 96,07 per 3 Juni 2015 pukul 15.37 WIB. Kondisi inilah yang dapat memengaruhi harga aluminium. Dari sisi teknikal, Ibrahim menilai mayoritas indikator menunjukkan harga aluminium hanya menguat sementara. Moving average dan bollinger band berada di posisi 80% di atas bollinger bawah. Stochastic 70% positif. Sedangkan moving average convergence divergence (MACD) dan relative strength index (RSI) cenderung mengambil posisi wait and see sembari menanti rilisnya data dari ECB dan data tenaga kerja AS. Ia memperkirakan. harga aluminium Kamis (4/6) akan berada di kisaran US$ 1.740-US$ 1.820 per ton. Selama sepekan harga akan tertekan hingga di rentang US$ 1.650-US$ 1.830. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News